Metodologi Pembelajaran Kejuruan

 

Metodologi Pembelajaran Kejuruan


BAB I

PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN

A. Pendahuluan

Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 2005 dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 mengamanatkan Guru yang telah disertifikasi diharapkan menjadi desainer pendidikan di sekolahnya. Ia perlu inovatif dan kreatif merancang model pembelajaran yang paling tepat. Dengan sertifikasi guru dalam jabatan ini diharapkan adanya peningkatan kualitas guru yang berimbas pada peningkatan kualitas pembelajaran dan peserta didik. Peningkatkan kualitas pembelajaran dilakukan dengan eksplorasi metode dan sumber belajar, penguasaan terhadap konteks pembelajaran, serta meng-up date informasi terkini sebagai upaya peningkatan penguasaan materi pelajaran yang berorientasi pada peserta didik.

Profesionalisme guru dititikberatkan pada kemampuan mereka dalam mengampu proses pembelajaran
, yakni bagaimana mereka dapat mengeksplorasi kemampuan diri untuk menghidupkan proses pembelajaran, mempertautkan teks dan konteks pembelajaran, hingga terciptalah pembelajaran bermakna Langeveld . Hal tersebut membawa konsekuensi adanya perubahan pendekatan pembelajaran, dari pendekatan pembelajaran berbasis isi ke pendekatan pembelajaran berbasis kompetensi . Pembelajaran berbasis kompetensi bermaksud menuntun proses pembelajaran secara langsung berorientasi pada pencapaian kompetensi peserta didik sebagaimana disampaikan Spencer, S. Pembelajaran berbasis kompetensi menuntut perubahan desain kurikulum, dari model lama yang berisi uraian mata pelajaran ke dalam desain kurikulum baru yang berisi pernyataan seperangkat kompetensi. Guru dituntut memiliki kemampuan merancang pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan kompetensi, dan memperhatikan perbedaan karakteristik peserta didik.

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Pasal 19 Ayat (1) menyebutkan bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Pembelajaran interaktif tidak akan terwujud jika pembelajaran pada pendidikan dasar sampai perguruan tinggi tidak dirancang dan dilakukan secara optimal. Pendidikan kejuruan mempunyai karakteristik yang spesifik, yaitu menyiapkan peserta didik untuk memasuki lapangan kerja sesuai dengan bidang kejuruannya. Sebagai tenaga pendidik yang profesional di bidang pendidikan kejuruan, guru harus memahami konsep, prinsip, dan karakteristik pendidikan kejuruan.

B. Pengertian Pendidikan Kejuruan
Pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa
, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab . Pendidikan nasional diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal, nonformal, dan informal, Ketiga jalur tersebut penyelenggaraannya saling melengkapi dan memperkaya. Pada jalur pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional menegaskan bahwa pendidikan vokasional adalah pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk bekerja dalam dalam bidang tertentu.

Dengan demikian
, pendidikan vokasional dimaksudkan untuk menyiapkan tenaga kerja yang dibutuhkan oleh dunia usaha, industri, dan masyarakat pada umumnya. Pengertian ini lebih lanjut ditegaskan dalam peraturan pemerintah Nomor 38 Tahun 1992 bahwa pendidikan di tingkat menengah vokasional adalah pendidikan pada jenjang menengah melaksanakan jenis pekerjaan tertentu atau mempersiapkan karier peserta didik untuk dapat bekerja setelah selesai belajarnya. Clarke & Winch mendefinisikan pendidikan kejuruan adalah pendidikan yang menyiapkan anak-anak muda dan remaja untuk memasuki lapangan kerja, pendidikan kejuruan adalah suatu proses yang pembelajarannya berkaitan dengan masalah teknik dan praktik. Definisi tersebut mempertegas bahwa tujuan pendidikan kejuruan adalah untuk mempersiapkan lulusannya memiliki keahlian di bidang tertentu yang dapat menunjang pekerjaan yan akan ditekuni lulusan pendidikan kejuruan.

"Sementara itu
, Wenrich & Wenrich menyatakan pendidikan kejuruan adalah bagian dari sistem pendidikan yang mempersiapkan seseorang untuk mampu bekerja dan meniti karier dalam bidang pekerjaannya, sedangkan Wenrich and Gollaway mengemukakan bahwa ―Vocational education might be defined as specialized education that prepares the learner for entrance into a particular occupation or family occupation or to upgrade employed workers". Sementara itu, menurut pendapat lain, pendidikan kejuruan menurut Evans dalam Basuki bertujuan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan tenaga kerja, meningkatkan pilihan pendidikan bagi setiap individu, dan menumbuhkan motivasi untuk belajar sepanjang hayat. Nomor 29 Tahun 1990 tujuan pendidikan kejuruan disebutkan bahwa ―Pendidikan kejuruan penyiapan memasuki lapangan serta mengembangkan sikap profesional. Tujuan pendidikan kejuruan tersebut lebih lanjut dijabarkan dalam Kepmendikbud No. 0490/U/1990 sebagai berikut: (a) mempersiapkan peserta didik untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih dan/atau meluaskan pendidikan dasar, (b) mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan soaial, budaya, dan sekitar, (c) meningkatkan kemampuan peserta didik untuk dapat mengembangkan diri sejalan dengan pengembangan ilmu, teknologi dan kesenian, serta (d) menyiapkan peserta didik untuk memasuki lapangan keperjaan. Mengacu pada rumusan tujuan pendidikan kejuruan tersebut mengandung kesamaan yaitu mempersiapkan peserta didik sebagai calon tenaga kerja dan mengembangkan eksistensi peserta didik untuk kepentingan peserta didik, masyarakat, bangsa dan negara (Wardiman, 1998: 36).

C. Karakteristik Pendidikan Kejuruan

Mengacu pada rumusan tujuan pendidikan kejuruan tersebut mengandung kesamaan yaitu mempersiapkan peserta didik sebagai calon tenaga kerja dan mengembangkan eksistensi peserta didik untuk kepentingan peserta didik, masyarakat, bangsa dan negara . Menyimak dari beberapa pengertian dan definisi tentang pendidikan kejuruan, pendidikan kejuruan tidak terpisahkan dari sistem pendidikan secara keseluruhan, namun pendidikan kejuruan mempunyai kekhususan atau karakteristik tertentu yang berbeda dengan pendidikan umum. Perbedaan ini tidak hanya dalam definisi, struktur organisasi dan tujuan pendidikannya saja, tetapi juga tercermin dalam aspek-aspek lain yang erat kaitannya dengan perencanaan kurikulumKarakteristik pendidikan kejuruan tersebut adalah: 

(1) pendidikan kejuruan diarahkan untuk memasuki lapangan kerja; 

(2) pendidikan kejuruan didasarkan atas demand driven; 

(3) fokus isi pendidikan kejuruan ditekankan pada penguasaan pengetahuan, keterampilan, sikap dan            nilai-nilai yang dibutuhkan oleh dunia kerja;

(4) penilaian yang sesungguhnya terhadap kesuksesan peserta didik harus pada hands on atau performa        dalam dunia kerja; 

(5) hubungan yang erat dengan dunia kerja merupakan kunci sukses pendidikan kejuruan; 

(6) pendidikan kejuruan yang baik adalah yang responsif dan antisipatif terhadap kemajuan teknologi; (7) pendidikan kejuruan lebih ditekankan pada learning by doing dan hands on experience; 

(8) pendidikan kejuruan memerlukan fasilitas yang mutakhir untuk praktik; dan 

(9) pendidikan kejuruan memerlukan biaya investasi dan operasional yang lebih besar dari pada                    pendidikan umum (Wardiman, 1998: 37).

Lebih lanjut ditinjau dari perspektif yang berdeda karakteristik pendidikan kejuruan

meliputi (diuduh dari: http://kptk.weebly.com/indonesia.html, tanggal 16 Juni 2014):

1. Orientasi pendidikannya

Pendidikan kejuruan fokus utamanya adalah untuk memberikan bekal keterampilan

tertentu kepada peserta didik sebagai bekal mereka untuk memasuki dunia kerja. Orientasi pendidikan kejuruan adalah untuk mempersiapkan lulusan yang mempunyai kompetensi sebagaimana diharapkan oleh dunia kerja sehingga penguasaan kemampuan dan keterampilan kerja menjadi tuntutan utama penyelenggaraan program pendidikan kejuruan.

2. Justifikasi untuk eksistensinya

Justifikasi pendidikan kejuruan mengacu pada kebutuhan dunia kerja. Keberadaan pendidikan kejuruan karena adanya kebutuhan tenaga kerja terampil di bidangnya. Pendidikan kejuruan harus dapat memenuhi kebutuhan tenaga kerja baik dari kuantitas maupun kualitas kerjanya.

3. Fokus kurikulumnya

Stimuli dan pengalaman belajar yang disajikan melalui pendidikan kejuruan mencakup rangsangan dan pengalaman belajar yang mengembangkan domain afektif, kognitif dan psikomotor. Kurikulum pendidikan kejuruan didesain untuk memberikan bekal kemampuan di bidang teori kejuruan, sikap dan nilai-nilai, dan kemampuan praktek kejuruan. Ketiga ranah tersebut harus dapat dicapai secara terintegrasi menjadi kemampuan yang utuh yang tercermin dalam kompetensi lulusannya.

4. Kriteria keberhasilannya

Kriteria untuk menentukan keberhasilan pendidikan kejuruan meliputi dua hal, yaitu inschool succes dan out of school succes. 

Kriteria pertama meliputi aspek keberhasilan siswa dalam memenuhi persyaratan kurikuler yang sudah

diorientasikan ke persyaratan dunia kerja, sedang kriteria yang kedua diindikasikan oleh keberhasilan atau penampilan lulusan setelah berada di dunia kerja yang sebenarnya. 

Keberhasilan pendidikan kejuruan juga dapat dilihat dari banyaknya lulusan yang dapat dihasilkan, dan banyaknya lulusan yang langsung dapat diterima di lapangan pekerjaan atau dunia kerja sesuai dengan kompetensinya.

5. Kepekaannya terhadap perkembangan masyarakat

Karena komitmen yang tinggi untuk selalu berorientasi ke dunia kerja, pendidikan kejuruan mempunyai kepekaan atau daya suai yang tinggi terhadap perkembangan masyarakat dan dunia kerja. Perkembangan ilmu dan teknologi pasang surutnya dunia suatu bidang pekerjaan, inovasi dan penemuan-penemuan baru di bidang produksi barang dan jasa, semuanya itu sangat besar pengaruhnya terhadap kecenderungan perkembangan pendidikan kejuruan.

6. Perbekalan logistiknya

Dilihat dari segi peralatan belajar, maka untuk mewujudkan situasi atau pengalaman belajar yang dapat mencerminkan situasi dunia kerja maka diperlukan sarana danprasarana, peralatan praktek, sertakebutuhan bahan-bahan praktek. Sarana bengkel dan laboratorium merupakan kebutuhan utama yang harus tersedia pada sekolah kejuruan.

7. Hubungannya dengan masyarakat dunia kerja.

Keberadaan sekolah kejuruan dalam rangka menyiapkan tenaga kerja yang terampil sesuai dengan kompetensi yang dibutuhkan oleh dunia kerja. Hubungan antara sekolah denganmasyarakat dunia usaha harus dijalin sehingga penyelenggaraan pendidikan selalu terjaga relevansinya. Hubungan lebih jauh dengan masyarakat yang mencakup daya dukung dan daya serap lulusan pendidikan kejuruan sangat penting perannya bagi hidup dan matinya suatu lembaga pendidikan kejuruan. Perwujudan hubungan timbal balik yang menunjang ini mencakup adanya dewan penasihat kurikulum kejuruan (curriculum advisory commite), kesediaan dunia kerja menampung peserta didik untuk melaksanakan praktik kerja, magang, atau pengalaman industri sebagai bentuk usaha sekolah dalam membekali peserta didik untuk mendapatkan pengalaman belajar di lapangan.

D. Prinsip-Prinsip Pendidikan Kejuruan

Hadiwaratama (2002:6) mengemukakan bahwa dalam penyelenggaraan pendidikan kejuruan hendaknya mengikuti proses: (1) pengalihan ilmu (transfer of knowledge) ataupun pembinaan ilmu (acquisition of knowledge) melalui pembelajaran teori; (2) pencernaan ilmu (digestion of knowledge) melalui tugastugas, pekerjaan rumah, dan tutorial; (3) pembuktian ilmu (validation of knowledge) melalui percobaan-percobaan di laboratorium secara empiris atau visual (simulasi atau virtual reality); (4) pengembangan keterampilan (skill development) melalui pekerjaan-pekerjaan nyata di bengkel praktik di sekolah atau di kampus.
Pemerintah telah menerapkan konsep link and match dalam penyelenggaraan pendidikan kejuruan (Wardiman, 1998) yang realisasinya melalui program Pendidikan Sistem Ganda (PSG). Ada tiga prinsip
dasar dalam penyelenggaraan PSG (Soenarto, 2003), yaitu: (1) kurikulum dikembangkan secara terpadu dan berkelanjutan mengacu pada keahlian yang diperlukan di dunia kerja, sehingga tercapai keseimbangan antara supply and demand; (2) dalam penyelenggaraan pendidikan, pelajaran teori diberikan di sekolah dan pelajaran praktikum dilaksanakan di industri sebagai kegiatan kerja yang sebenarnya; dan (3) mengikutsertakan dunia usaha dalam menyusun kurikulum, pelaksanaan pembelajaran, uji profesi, dan penyaluran lulusan.

E. Peran Pendidikan Kejuruan

Peran pendidikan kejuruan pada jenjang pendidikan menengah, disebutkan bahwa posisi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 terdapat pada pasal 15 dan pasal 18, termasuk pada satuan pendidikan menengah kejuruan sebagai lanjutan dari pendidikan dasar yang bertujuan mempersiapkan peserta didik terutama dalam bidang pekerjaan tertentu. Oleh karena itu, SMK dirancang untuk menyiapkan peserta didik atau lulusan yang siap memasuki dunia kerja dan mampu mengembangkan sikap profesional di bidang pekerjaannya.
Manfaat bagi peserta didik adalah, pendidikan kejuruan sebagai:
 (a) wahana peningkatan kulaitas diri;
(b) upaya peningkatan penghasilan;
(c) penyiapan bekal pendidikan lebih lanjut;
(d) penyiapan diri agar berguna bagi masyarakat dan bangsa; dan 
(e) penyesuaian diri terhadap lingkungan. 
Manfaat bagi dunia kerja: 
(a) dapat memperoleh tenaga kerja berkualitas tinggi; 
(b) dapat meningkatkan biaya usaha; 
(c) dapat membantu memajukan dan mengembangan usaha, 
Manfaat bagi masyarakat adalah: 
(a) dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat; 
(b) dapat meningkatkan produktivitas nasional, jadi dapat meningkatkan penghasilan negara; 
(c) dapat mengurangi pengangguran (Wardiman, 1998).


F. Struktur Pendidikan Kejuruan di Indonesia

    Pendidikan kejuruan merupakan penyelenggaraan jalur pendidikan formal yang dilaksanakan pada jenjang pendidikan tingkat menengah, yaitu: pendidikan menengah kejuruan yang berbentuk Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Pendidikan vokasi merupakan penyelenggaraan jalur pendidikan formal yang diselenggarakan pada pendidikan tinggi, seperti: politeknik, program diploma, atau sejenisnya. Uraian di atas menunjukkan bahwa pendidikan kejuruan dan pendidikan vokasi merupakan penyelenggaraan program pendidikan yang terkait erat dengan ketenagakerjaan. Berikut ini disajikan hubungan antara jenjang pendidikan di sekolah dengan ketenagakerjaan digambarkan sebagaimana pada Gambar 1 berikut.

Gambar 1. Piramida Ketenagakerjaan dan Jenjang Pendidikan Sekolah

Kriteria keberhasilannya

Berlainan dengan pendidikan umum, kriteria untuk menentukan keberhasilan pendidikan kejuruan meliputi dua hal, yaitu inschool succes dan out of school succes. Keberhasilan pendidikan kejuruan juga dapat dilihat dari banyaknya lulusan yang dapat dihasilkan, dan banyaknya lulusan yang langsung dapat diterima di lapangan pekerjaan atau dunia kerja sesuai dengan kompetensinya.

Perbekalan logistiknya

Hubungan antara sekolah dengan masyarakat dunia usaha harus dijalin sehingga penyelenggaraan pendidikan selalu terjaga relevansinya. Hubungan lebih jauh dengan masyarakat yang mencakup daya dukung dan daya serap lulusan pendidikan kejuruan sangat penting perannya bagi hidup dan matinya suatu lembaga pendidikan kejuruan. Pendidikan kejuruan adalah pendidikan yang spesifik, demokratis, yaitu pendidikan yang dapat melayani berbagai kebutuhan individu. Bakat, minat, dan kemampuan seseorang dapat disalurkan melalui pendidikan kejuruan.

Program pendidikan teknologi dan kejuruan tidak hanya menyiapkan peserta didik memasuki dunia kerja, tetapi juga menempatkan lulusannya pada pekerjaan tertentu. Menyiapkan tenaga kerja sesuai dengan kebutuhan dunia usaha dan dunia industri menjadi pusat perhatian pendidikan teknologi dan kejuruan. Dalam rangka menyiapkan peserta didik memasuki dunia kerja, pemerintah telah menerapkan konsep link and match dalam penyelenggaraan pendidikan kejuruan yang realisasinya melalui program Pendidikan Sistem Ganda .

G.  Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI)

Pasal 15 Undang-undang Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003 menjelaskan pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu, sedangkan pendidikan vokasi merupakan pendidikan tinggi yang mempersiapkan peserta didik untuk memiliki pekerjaan dengan keahlian terapan tertentu maksimal setara dengan program sarjana. Uraian di atas menunjukkan bahwa pendidikan kejuruan dan pendidikan vokasi merupakan penyelenggaraan program pendidikan yang terkait erat dengan ketenagakerjaan. Sementara itu, pada level pendidikan menengah pada jalur pendidikan akademik jika akan memasuki dunia kerja harus melalui kursus-kursus kejuruan sesuai dengan bidang kejuruan yang diinginkan untuk mendapatkan bekal keterampilan kejuruan. Berdasarkan pengalaman di lapangan selama ini, kemampuan dan keterampilan tenaga kerja di Indonesia variannya sangat besar meskipun pada level yang sama.

Menyimak hal tersebut pemerintah telah mengeluarkan standar kemampuan yang disusun berdasarkan kualifikasi pekerjaan di dunia kerja
. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2012 tentang KKNI pasal 1 ayat menyebutkan Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia, yang selanjutnya disingkat KKNI, adalah kerangka penjenjangan kualifikasi kompetensi yang dapat menyandingkan, menyetarakan, dan mengintegrasikanantara bidang pendidikan dan bidang pelatihan kerja serta pengalaman kerja dalam rangka pemberian pengakuan kompetensikerja sesuai dengan struktur pekerjaan di berbagai sektor. Selanjutya dalam ayat disebutkan capaian pembelajaran adalah kemampuan yang diperoleh melalui internalisasi pengetahuan, sikap, keterampilan, kompetensi, dan akumulasi pengalaman kerja. Ayat penyetaraan penyandingan pengintegrasian capaian pembelajaran yang diperoleh melalui pendidikan, pelatihan kerja, dan pengalaman kerja, sedangkan kualifikasi adalah penguasaan capaian pembelajaran yang menyatakan kedudukannya dalam KKNI.

Selanjutnya
, disebutkan pengalaman kerja adalah pengalaman melakukan pekerjaan dalambidang tertentu dan jangka waktu tertentu secara intensif yang menghasilkan kompetensi.

Jenjang dan Penyetaraan KKNI

Penjenjangan dan penyetaraan kualifikasi mengacu pada PP Nomor 8 Tahun 2012 diatur dalam Pasal 2 ayat dan yaitu
, KKNI terdiri atas 9 jenjang kualifikasi, dimulai dari jenjang 1 sebagai jenjang terendah sampai dengan jenjang 9 sebagai jenjang tertinggi. jenjang 7 sampai dengan jenjang 9 dikelompokkan dalamjabatan ahli. Setiap jenjang kualifikasi pada KKNI memiliki kesetaraan dengan capaian pembelajaran yang dihasilkan melalui pendidikan, pelatihan kerja atau pengalaman kerja.

lulusan pendidikan spesialis setara dengan jenjang 8 atau 9
.

Jenjang kualifikasi berdasarkan KKNI tersebut dapat dilihat pada gambar 2 berikut ini.

Gambar 2. Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI)
Diskripsi masing-masing jenjang kualifikasi lulusan berdasarkan KKNI di dalam lampiran PP Nomor 8 Tahun 2012 dijabarkan menjadi butir-butir kemampuan sebagaimana pada tabel 1 berikut: 

Tabel 1. Deskripsi Jenjang Kualifikasi Lulusan Berdasarkan KKNI

JENJANG KUALIFIKASI

URAIAN

 

Deskripsi Umum

a.      Bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa.

b.     Memiliki moral, etika dan kepribadian yang baik di dalam menyelesaikan tugasnya.

c.      Berperan sebagai warga negara yang bangga dan cinta tanah air serta mendukung perdamaian dunia.

d.     Mampu bekerja sama dan memiliki kepekaan sosial dan kepedulian yang tinggi terhadap masyarakat dan lingkungannya.

e.      Menghargai keanekaragaman budaya, pandangan, kepercayaan, da, agama serta pendapat/temuan original orang lain.

f.      Menjunjung tinggi penegakan hukum serta memiliki semangat untuk mendahulukan kepentingan bangsa serta masyarakat luas.

 

Mampu melaksanakan tugas sederhana, terbatas, bersifat umum,

dengan menggunakan alat, aturan, dan proses yang telah ditetapkan,

 

1

serta di bawah bimbingan, pengawasan, dan tanggungjawab atasannya.

Memiliki pengetahuan faktual.

Bertanggungjawab atas pekerjaan sendiri dan tidak bertanggungjawab

atas pekerjaan orang lain.

 

 

2

Mampu melaksanakan satu tugas spesifik, dengan manggunakan alat, dan informasi, dan prosedur kerja yang lazim dilakukan, serta menunjukkan kinerja dengan muutu yang terukur, di bawah

pengawasan langsung atasannya.

Memiliki pengetahuan operasional dasar dan pengetahuan faktual bidang kerja yang spesifik, sehingga mampu memilih penyelesaian

yang ersedia terhadap masalah yang lazim timbul.

Bertanggung jawab pada pekerjaan sendiri dan dapat diberi tanggung

jawab membimbing orang lain.

 

 

 

 

 

3

Mampu melaksanakan serangkaian tugas spesifik, dengan menerjemahkan informasi dan menggunakan alat, berdasarkan sejumlah pilihan prosedur kerja, serta mampu menunjukkan kinerja dengan mutu dan kuantitas yang terukur, yang sebagian merupakan

hasil kerja sendiri dengan pengawasan tidak langsung.

Memiliki pengetahuan operasional yang lengkap, prinsip-prinsip serta konsep umum yang terkait dengan fakta bidang keahlian tertentu, sehingga mampu menyelesaikan berbagai masalah yang lazim dengan

metode yang sesuai.

Mampu bekerja sama dan melakukan komunikasi dalam lingkup

kerjanya.

Bertanggung jawab pada pekerjaan sendiri dan dapat diberi tanggung

jawab atas kuantitas dan mutu hasil kerja orang lain.

 

 

 

 

4

Mampu menyelesaikan tugas berlingkup luas dan kasus spesifik dengan menganalisis informasi secara terbatas, memilih metode yang sesuai dari beberapa pilihan yang baku, serta mampu menunjukkan kinerja

dengan mutu dan kuantitas yang terukur.

Menguasai beberapa prinsip dasar bidang keahlian tertentu dan mampu

menyelaraskan dengan permasalahan faktual di bidang kerjanya.

Mampu bekerja sama dan melakukan komunikasi, menyusun laporan

tertulis dalam lingkup terbatas, dan memiliki inisiatif.

Bertanggung jawab pada pekerjaan sendiri dan dapat diberi tanggung

jawab atas hasil kerja orang lain.

 

 

 

 

5

Mampu menyelesaikan pekerjaan berlingkupluas, memilih metode yang sesuai dari beragam pilihan yang sudah maupun belum baku

dengan menganalisis data, serta mampu menunjukkan kinerja dengan mutu dan kuantitas yang terukur.

Menguasai konsep teoritis bidang pengetahuan tertentu secara umum,

serta mampu memformulasikan penyelesaian masalah prosedural.

Mampu mengelola kelompok kerja dan menyusun laporan tertulis

secara komprehensif.

Bertanggung jawab pada pekerjaan sendiri dan dapat diberi tanggung

jawab atas pencapaian hasil kerja kelompok.

 

Mampu mengaplikasikan bidang keahliannya dan memanfaatkan ilmu

pengetahuan, teknologi, dan/atau seni pada bidangnya dalam penyelesaian masalah serta mampu beradaptasi terhadap situasi yang

 

6

dihadapi.

Menguasai konsep teoretis bidang pengetahuan tertentu secara umum dan konsep teoretis bagian khusus dalam bidang pengetahuan tersebut

secara mendalam, serta mampu memformulasikan penyelesaian masalah prosedural.

Mampu mengambil keputusan yang tepat berdasarkan analisis informasi dan data, dan mampu memberikan petunjuk dalam memilih

berbagai alternatif solusi secara mandiri dan kelompok.

Bertanggung jawab pada pekerjaan sendiri dan dapat diberi tanggung

jawab atas pencapaian hasil kerja oranisasi.

 

 

 

 

7

Mampu merencanakan dan mengelola sumberdaya di bawah tangung jawabnya, dan mengevaluasi secara komprehensif kerjanya dengan

memanfaatkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan atau seni untuk menghasilkan langkah-langkah pengembangan strategis organidasi.

Mampu memecahkan permasalahan ilmu pengetahuan, teknologi, dan atau seni di dalam bidang keilmuannya memalui pendekatan

monodisipliner.

Mampu melakukan riset dan mengambil keputusan strategis dengan akuntabilitas dan tanggung jawab penuh atas semua aspek yang berada

di bawah tanggung jawab bidang keahliannya.

 

 

 

 

8

Mampu mengembangkan pengetahuan, teknologi, dan atau seni di dalam bidang kelimuannya atau praktek profesionalnyaa melalui riset,

hingga menghasilkan karya inovatif dan teruji.

Mampu memecahkan permasalahan ilmu pengetahuan, teknologi, dan atau seni di dalam keilmuannya melalui pendekatan inter atau

multidisipilner.

Mampu mengelola riset dan pengembangan yang bermanfaat bagi masyarakat keilmuan, serta mampu mendapat pengakuan nasional dan

internasional.

 

 

9

Mampu mengembangkan pengetahuan, teknologi, dan/atau seni baru di dalam bidang keilmuannya atau praktek profesionalnya melalui riset,

hingga menghasilkan karya kreatif, original, dan teruji,

Mampu memecahkan permasalahan ilmu pengetahua, teknologi,

dan/atau seni di dalam bidang keilmuannya melalui pendekatan inter, multi, dan transdisipliner.

Mampu mengelola, memimpin, dan mengembangkan riset dan pengembangan yang bermanfaat bagi kemaslahatan umat manusia, seta

mampu mendapat pengakuan nasional dan internasional.

Sumber: Lampiran Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2012. Tanggal 17 Januari 2012.

Bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa. Memiliki moral, etika dan kepribadian yang baik di dalam menyelesaikan tugasnya. Berperan sebagai warga negara yang bangga dan cinta tanah air serta mendukung perdamaian dunia. Mampu bekerja sama dan memiliki kepekaan sosial dan kepedulian yang tinggi terhadap masyarakat dan lingkungannya.

Mampu melaksanakan tugas sederhana
, terbatas, bersifat umum, dengan menggunakan alat, aturan, dan proses yang telah ditetapkan, serta di bawah bimbingan, pengawasan, dan tanggungjawab atasannya. Memiliki pengetahuan operasional dasar dan pengetahuan faktual bidang kerja yang spesifik, sehingga mampu memilih penyelesaian yang ersedia terhadap masalah yang lazim timbul. Memiliki pengetahuan operasional yang lengkap, prinsip-prinsip serta konsep umum yang terkait dengan fakta bidang keahlian tertentu, sehingga mampu menyelesaikan berbagai masalah yang lazim dengan metode yang sesuai. Jawab atas kuantitas dan mutu hasil kerja orang lain.

Menguasai beberapa prinsip dasar bidang keahlian tertentu dan mampu menyelaraskan dengan permasalahan faktual di bidang kerjanya
. Jawab atas hasil kerja orang lain. Mampu menyelesaikan pekerjaan berlingkupluas, memilih metode yang sesuai dari beragam pilihan yang sudah maupun belum baku dengan menganalisis data, serta mampu menunjukkan kinerja dengan mutu dan kuantitas yang terukur. Mampu mengelola kelompok kerja dan menyusun laporan tertulis secara komprehensif.

Jawab atas pencapaian hasil kerja kelompok
. Mampu mengaplikasikan bidang keahliannya dan memanfaatkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni pada bidangnya dalam penyelesaian masalah serta mampu beradaptasi terhadap situasi yang dihadapi. Jawab atas pencapaian hasil kerja oranisasi. Mampu merencanakan dan mengelola sumberdaya di bawah tangung jawabnya, dan mengevaluasi secara komprehensif kerjanya dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan atau seni untuk menghasilkan langkah-langkah pengembangan strategis organidasi.

Mampu melakukan riset dan mengambil keputusan strategis dengan akuntabilitas dan tanggung jawab penuh atas semua aspek yang berada di bawah tanggung jawab bidang keahliannya
. Mampu mengelola riset dan pengembangan yang bermanfaat bagi masyarakat keilmuan, serta mampu mendapat pengakuan nasional dan internasional. Mampu mengelola, memimpin, dan mengembangkan riset dan pengembangan yang bermanfaat bagi kemaslahatan umat manusia, seta mampu mendapat pengakuan nasional dan internasional.

Komposisi Tenaga Kerja Indonesia Berdasarkan Jenjang Pendidikan

Kondisi saat ini struktur ketenagakerjaan di Indonesia masih didominasi oleh tenaga kerja pada jenjang 1
, disusul pada jenjang 2 dan tenaga kerja yang mempunyai kualifikasi jenjang 6 lebih sedikit.


Gambar 3. Komposisi Tenaga Kerja berdasarkan Tingkat Pendidikan 

Melihat kondisi yaang demikiaan Pemerintah pada tahun 2015 menargetkan dari tahun ke tahun komposisi tenaga kerja di Indonesia berubah
, tenaga kerja yang mempunyai kualifikasi jenjang 1 berkurang, dan tenaga kerja yang mempunyai kualifikasi jenjang 2 dan 3 sampai jenjang 9 bertambah, sehingga diharapkan pada tahun 2025 komposisi tenaga kerja yang mempunyai kualifikasi jenjang 1 dan 2 berkurang, dan tenaga kerja yang mempunyai kualifikasi jenjang 3 sampai 9 bertambah. Hal ini diharapkan tenaga kerja di Indonesia kedepan semakin berkualitas karena mempunyai kompetensi yang terstandar sehingga kualitass dan produktivitasnya akan semakin berkembang.

Gambar 4. Model Struktur Tenaga Kerja

Proses penyesuaian diri, seringkali ditandai dengan perpindahan pekerjaan atau pergantian karier. Pengalaman awal dalam pekerjaan/karier, sebagai bagian dari proses occupational choice, masih sangat terbuka untuk berubah pilihan. Proses transisi yang ditandai oleh penentuan tentartif preferensi karier dengan memasuki pendidikan atau pelatihan tertentu, mulai tumbuh komitmen pribadi.

Tabel 2. Tahap-Tahap Perkembangan Vokasional Peserta Didik

Perkembangan Vokasional

Usia

Deskripsi Umum

Tahap Penyuruta

70 sampai usia pensiun

Seseorang mulai menarik diri dari peran aktif dalam kariernya, merenung kebermaknaan

kehidupannya

65 – 70

Deselerasi

Kapasitas mulai susut, terjadi penurunan kemampuan secara umum dan perlambatan

produktivitas

Tahap Pelestarian

45 – 64

Maintenance

Pencapaian puncak karier, ada pergeseran fokus dari aspek individual ke aspek sosial, diperolehnya jaminan dan kepuasan terhadap

pekerjaan.

Tahap Pemantapan Karier

31 – 44

Kemajuan

Seseorang secara intens meniti mobilitas keriernya secara vertikal sampai mencapai taraf konsolidasi antara potensi diri dengan

kompetensi yang dituntut.

25 – 30

Penyesuaian

Proses penyesuaian diri, seringkali ditandai

dengan perpindahan pekerjaan atau pergantian karier.

Tahap Eksplorasi

22 – 24

Trial (Coba- coba)

Pengalaman awal dalam pekerjaan/karier, sebagai bagian dari proses occupational choice, masih sangat terbuka untuk berubah

pilihan.

18 – 21

Transisi

Proses transisi yang ditandai oleh penentuan tentartif preferensi karier dengan memasuki pendidikan atau pelatihan tertentu, mulai

tumbuh komitmen pribadi.

15 – 17

Tentatif

Proses kristalisasi gagasan tentang perlunya bekerja, konsep diri tentang karier dan pekerjaan, penjajagan terhadap nmacam-

macam bidang kerja.

Tahap Pertumbuhan

13 – 14

Kapasitas

Anak didik mulai menyadari kapasitas diri,

belajar mengatur waktu untuk menghasilkan

 

 

suatu produk, mementingkan tugas sekolah

daripada bermain.

11 – 12

Minat

Anak didik mulai menunjukkan minat terhadap kerja, membedakan karakteristik

karier di lingkungannya.

4 – 10

Fantasi

Anak didik mulai mengidentifikasi pekerjaan orang tua dan orang sekitarnya, berfantasi dan bermain peran tentang bermacam-macam

Pekerjaan

Mutu pendidikan merupakan prinsip yang harus diupayakan. 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.

KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI

Untuk mengembangkan
, memantau pelaksanaan, dan mengevaluasi pencapaian standar tersebut telah dibentuk Badan Standar Nasional Pendidikan yang merupakan badan mandiri/independen yang secara struktural bertanggung jawab kepada Kemendikbud. Salah satu komponen penting untuk meningkatkan mutu sekolah adalah dengan adanya kurikulum yang bermutu. Menurut Depdiknas kurikulum merupakan komponen sistem pendidikan yang paling rentan terhadap perubahan. Paling tidak ada tiga faktor yang membuat kurikulum harus selalu diubah atau diperbaharui.

Pertama
, adanya perubahan filosofi tentang manusia dan pendidikan, khususnya mengenai hakikat kebutuhan peserta didik terhadap pendidikan/pembelajaran. Kedua, cara karena cepatnya perkembangan ilmu dan teknologi, sehingga subject matter yang harus disampaikan kepada peserta didik pun semakin banyak dan beragam. Perubahan kurikulum merupakan sebuah fenomena yang tidak dapat dihindari di sekolah-sekolah pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Perubahan tersebut sebagai konsekuensi dinamika pengetahuan dan aplikasinya dalam kehidupan manusia yang semakin mengglobal.

Tidak hanya sebatas itu
, dimensi sikap, perilaku, dan nilai-nilai yang mengatur kehidupan dan interaksi sosial antar manusia juga mengalami perubahan. Perubahan-perubahan itu menuntut adanya paradigma baru dalam menyikapi pendidikan, baik yang menyangkut visi maupun aksi dalam pelaksanaan dan pengelolaan pendidikan. Menurut penjelasan yang dikutip dari Depdiknas dalam buku KTSP , pelaksanaan kurikulum menerapkan prinsip ―Kesatuan dalam Kebijakan dan Keberagaman dalam Pelaksanaan‖. Perwujudan Kesatuan dalam Kebijakan tertuang dalam pengembangan kerangka dasar, standar kompetensi bahan kajian, dan standar kompetensi mata pelajaran, beserta pedoman pelaksanaannya.

Perwujudan ―Keberagaman dalam Pelaksanaan‖ tertuang dalam pengembangan silabus dan skenario pembelajaran
. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kurikulum berbasis kompetensi . Sekolah sebagai pelaksana pendidikan, baik kepala sekolah, guru, maupun tenaga kependidikan lainnya, bahkan peserta didik akan terkena dampaknya atas setiap perubahan kurikulum. Mulyasa , suatu hal yang terpenting dalam menyikapi perubahan kurikulum adalah apa yang harus dilakukan, bagaimana cara melakukannya, serta siapa saja yang harus dilibatkan agar setiap perubahan kurikulum dapat diimplementasikan secara efektif dalam proses pembelajaran.

Berkenaan dengan hal itu
, diperlukan suatu strategi implementasi kurikulum yang efektif dan efisien terutama dalam mengoptimalkan proses pembelajaran antara guru dan peserta didik, karena bagaimana pun baiknya sebuah kurikulum efektivitasnya sangat ditentukan dalam implementasinya di sekolah dan khususnya di ruang kelas.

Pusat kurikulum Balitbang Depdiknas di dalam bukunya yang berjudul Kurikulum

Tanpa mengurangi arti penting tenaga kependidikan yang lain
, baik buruknya perangkat sekolah sangat ditentukan oleh kualitas guru dan kepala sekolah selaku pimpinan. Guru dituntut membuktikan profesionalismenya untuk mampu menerjemahkan dan mengembangkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar dan menuangkannya ke dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dan mengaktualisasikan di dalam kelas. Implementasi kurikulum dalam pembelajaran yang efektif dan menyenangkan menuntut guru untuk lebih sabar, penuh perhatian dan pengertian, serta penuh kreativitas dan penuh dedikasi untuk menumbuhkan rasa percaya diri, motivasi dan minat peserta didik. Kondisi demikian akan menumbuhkan suasana yang kondusif dalam pembelajaran.

Guru menjadi sahabat tempat bertanya
, teman diskusi dan mencurahkan seluruh gagasan dan pengetahuan serta kompetensi peserta didik tanpa rasa takut atau canggung. Kurikulum merupakan perpaduan dari pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Kurikulum adalah jantung dari pendidikan. Ada dua alasan yang mendasari pengertian tersebut.

Pertama
, kurikulum adalah tentang apa yang harus diajarkan. Kurikulum merupakan suatu hal yang spesifik, subjek nyata yang selalu terkait dengan pengambilan keputusan dalam lembagalembaga, apakah itu di sekolah, gereja, lembaga nirlaba,atau program pemerintah.

Dengan demikian, dalam pembel ajaran yang dirancang berdasarkan kompetensi, penilaian tidak dilakukan berdasarkan pertimbangan yang bersifat subjektif. Sementara itu, Atwi Suparman menyatakan kompetensi lebih dekat pada kemampuan dan kapabilitas yang apabila diterapkan akan menghasilkan kinerja yang baik atau sangat baik. http://en.Wikipedia.org/Wiki/Competence_. Dari definisi tersebut diartikan bahwa kompetensi sebagai kemampuan dari seseorang individu yang ditujukkan dengan kinerja baik di dalam jabatan atau pekerjaanya. Lebih lanjut dikatakan bahwa kompetensi merupakan kombinasi dari pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang digunakan untuk meningkatkan kinerja, atau keadaan atau kualitas yang memadahi atau sangat berkualitas, mempunyai kemampuan untuk menampilkan kemampuan tertentu.

Menyimak beberapa definisi tentang kompetensi maka dapat diidentifikasi sebagi

Bila seseorang mempunyai kinerja yang baik
, lebih baik, atau baik sekali, maka ia disebut mempunyai kompetensi. Kapabilitas atau kemampuan disebut kompetensi dasar yang diperoleh sebagai hasil perpaduan bakat, pengalaman, dan pendidikan.

Berdasarkan beberapa pengertian kompetensi tersebut menjelaskan dua hal pentingnya untuk disebut kompetensi. Pertama, kompetensi merupakan kombinasi dari tiga kawasan kemampuan manusia secara terkombinasi, yaitu pengetahuan, keterampilan dan perilaku untuk meningkatkan kinerja. Kedua, indikator kuat tentang kompetensi adalah peningkatan kinerja hingga tingkat baik atau sangat baik. Ketiga, kombinasi pengetahuan, keterampilan, dan perilaku adalah modal dasar untuk menghasilkan kinerja (Atwi Suparman: 2014).

Menyimak beberapa definisi tentang kompetensi maka dapat diidentifikasi sebagi berikut.

1.     Kompetensi berbeda dengan pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill) dan sikap  (attitude).

2.     Kapabilitas atau kemampuan adalah hasil penerapan tiga kawasan kemampuan, yaitu pengetahuan, keterampilan, dan sikap.

3.     Kapabilitas atau kemampuan adalah dasar untuk mencapai kompetensi. Oleh karena itu, kemampuan disebut pula kompetensi dasar.

4.     Kompetensi dicapai sebagai hasil penggunaan kapabilitas atau kemampuan. 

5.     Kompetensi melekat pada diri individu, bukan pada jabatan formal. 

6.     Kompetensi diindikasikan dengan kualitas penyelesaian pekerjaan atau kinerja minimal baik. Bila seseorang mempunyai kinerja yang baik, lebih baik, atau baik sekali, maka ia disebut mempunyai kompetensi.


Diperoleh sebagai hasil belajar dari pengalaman dan pendidikan serta kapabilitas dan kompetensi
, disebut pula kompetensi dasar. Hubungan antara Kompetensi, Kemampuan dengan Perubahan Pengetahuan, Keterampilan, dan Siap Perilaku. KBK memfokuskan pada pemerolehan kompetensi-kompetensi tertentu oleh peserta didik. Oleh karena itu, kurikulum ini mencakup sejumlah kompetensi, dan seperangkat tujuan pembelajaran yang dinyatakan sedemikian rupa, sehingga pencapaiannya dapat diamati bentuk kriteria keberhasilan.

Karakteristik Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)

Karakteristik kurikulum berbasis kompetensi menurut Depdiknas sebagaimana yang telah dikutip oleh Mulyasa (2010a: 42) adalah sebagai berikut.

1.     Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual                       maupun klasikal.

2.     Berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes) dan keberagaman.

3.    Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode                      yang bervariasi.

4.    Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya              yang memenuhi unsur edukatif.

5.     Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya                                  penguasaan dan pencapaian suatu kompetensi.

Lebih lanjut, dari berbagai sumber (Mulyasa, 2010a: 43) sedikitnya dapat diidentifikasi enam karakteristik kurikulum berbasis kompetensi yaitu: (1) sistem belajar dengan modul, (2) menggunakan keseluruhan sumber belajar, (3) pengalaman lapangan, (4) strategi individual personal, (5) kemudahan belajar, dan (6) belajar tuntas

Kegiatan pembelajaran perlu diarahkan untuk membantu peserta didik menguasai sekurang-kurangnya tingkat kompetensi minimal, agar dapat mencapai tujuantujuan yang telah ditetapkan.

Menggunakan keseluruhan sumber belajar

Untuk memperoleh hasil belajar yang optimal peserta didik dituntut tidak hanya mengandalkan diri dari apa yang terjadi di dalam kelas
, tetapi harus mampu dan mau menelusuri aneka ragam sumber belajar yang diperlukan.

Pengalaman lapangan

Keterlibatan anggota tim guru dalam pembelajaran di sekolah memudahkan mereka untuk mengikuti perkembangan yang terjadi selama peserta didik mengikuti pembelajaran
.

Strategi belajar individual personal

Individualisasi dan personalisasi dalam konteks ini tidak hanya sekedar individualisasi dalam pembelajaran untuk memenuhi kebutuhankebutuhan kognitif peserta didik
, tetapi mencakup respon-respon terhadap perasaan pribadi dan kebutuhan psikososial peserta didik.

Kemudahan belajar

Tujuan
, sasaran, dan penilaian semuanya terfokus pada kompetensi yang dimiliki peserta didik atau pekerjaan yang mampu dilakukannya setelah mengikuti kegiatan pembelajaran.

Belajar tuntas

Belajar tuntas merupakan strategi pembelajaran yang dapat dilaksanakan di dalam kelas
, dengan asumsi bahwa di dalam kondisi yang tepat semua peserta didik akan mampu belajar dengan baik dan memperoleh hasil belajar secara maksimal terhadap seluruh bahan yang dipelajari. Agar semua peserta didik memperoleh hasil hasil belajar secara maksimal, pembelajaran harus dilaksanakan secara sistematis, yang akan tercermin dari strategi pembelajaran yang dilaksanakan terutama dalam mengorganisasikan tujuan dan bahan belajar, melaksanakan evaluasi dan memberikan bimbingan terhadap peserta didik yang gagal mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pengertian Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan menurut BSNP adalah kur ikulum yang dikembangkan oleh dan dilaksanakan pada masing-masing satuan pendidikan. Standar Isi yaitu lingkup materi minimal dan standar kompetensi minimal untuk mencapai kompetensi lulusan minimal pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu yang berlaku secara nasional, sedangkan Standar Kompetensi Lulusan adalah standar yang digunakan untuk melakukan penilaian dan menentukan kelulusan peserta didik.

Standar kompetensi lulusan ini berlaku secara nasional
, artinya menjadi acuan untuk dasar bagi penentuan kelulusan di seluruh sekolah yang ada di Indonesia. Selain dari pada itu, sekolah memiliki kewenangan untuk mengembangkan mata pelajaran muatan lokal, yang sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan masyarakat sekitar sekolah.

Model KTSP

Kurikulum subjek akademik adalah model kurikulum yang berorientasi pada pembentukan manusia intelek
. Materi pelajaran berupa ilmu pengetahuan, sistem nilai yang dianggap baik dan harus disampaikan secara turuntemurun. Proses pendidikan adalah upaya transfer ilmu pengetahuan masa lampau yang dianggap baik. Keberhasilan pendidikan dilihat dari sejauh mana peserta didik menguasai bahan ajar yang dipalajarinya.

Kurikulum personal adalah model kurikulum yang berorientasi pada pengembangan potensi peserta didik secara maksimal
.

Kurikulum rekonstruksi sosial, adalah model kurikulum yang berorientasi pada kepedulian sekolah untuk memecahkan permasalahan yang ada di masyarakat. Isi pendidikan berupa permasalahan yang ada di masyarakat, untuk selanjutnya dibahas dan dipecahkan dengan menggunakan khazanah keilmuan yang ada yang dipandang relevan untuk memecahkan masalah. Terakhir model kurikulum teknologis, adalah model kurikulum yang didasarkan pada penggunaan metode ilmiah dalam penyusunan kurikulum dan isi kurikulum adalah ilmu pengetahuan dan teknologi yang harus dikuasai untuk menghadapi kehidupan. Ada dua jenis teknologi yang digunakan dalam jenis kurikulum ini yaitu teknologi perangkat lunak dan teknologi perangkat keras.

Karakter yang ada pada model lainnya tetap ada
, hanya tidak dominan, karena dalam realitasnya model-model tersebut saling melengkapi.

Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 dapat digambarkan pada diagram di bawah ini.

Dalam implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2006, masih dijumpai beberapa masalah sebagai berikut.

a.      Konten kurikulum masih terlalu padat yang ditunjukkan dengan banyaknya matapelajaran dan banyak materi yang keluasan dan tingkat kesukarannya melampaui tingkat perkembangan usia anak. 

b.     Kurikulum belum sepenuhnya berbasis kompetensi sesuai dengan tuntutan fungsi dan tujuan pendidikan nasional. 

c.      Kompetensi belum menggambarkan secara holistik domain sikap, keterampilan, dan pengetahuan. 

d.     Beberapa kompetensi yang dibutuhkan sesuai dengan perkembangan kebutuhan (misalnya pendidikan karakter, metodologi pembelajaran aktif, keseimbangan soft skills dan hard skills, kewirausahaan) belum terakomodasi di dalam kurikulum.

e.      Kurikulum belum peka dan tanggap terhadap perubahan sosial yang terjadi pada tingkat lokal, nasional, maupun global.

f.      Standar proses pembelajaran belum menggambarkan urutan pembelajaran yang rinci sehingga membuka peluang penafsiran yang beraneka ragam dan berujung pada pembelajaran yang berpusat pada guru.

g.     Standar penilaian belum mengarahkan pada penilaian berbasis kompetensi (proses dan hasil) dan belum secara tegas menuntut adanya remediasi secara berkala.

h.     Dengan KTSP memerlukan dokumen kurikulum yang lebih rinci agar tidak menimbulkan multitafsir. 

j. Kurikulum 2006 (KTSP) dikembangkan menjadi Kurikulum 2013 dengan dilandasi pemikiran tantangan masa depan yaitu tantangan abad ke 21 yang ditandai dengan abad ilmu pengetahuan, knowlwdge-based society, dan kompetensi masa depan

Perbedaan paradigma atau pola pikir dalam penyusunan Kurikulum 2004 dan KTSP 2006 dengan Kurikulum 2013 disajikan pada tabel 3.

Tabel 3. Perubahan pola pikir pada Kurikulum 2013

No

KBK 2004

KTSP 2006

Kurikulum 2013

1

Standar Kompetensi Lulusan diturunkan dari Standar Isi

Standar Kompetensi Lulusan diturunkan dari kebutuhan

2

Standar Isi dirumuskan berdasarkan Tujuan Mata Pelajaran (Standar Kompetensi Lulusan Mata Pelajaran) yang dirinci menjadi Standar  Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran

Standar Isi diturunkan dari Standar Kompetensi Lulusan melalui Kompetensi Inti yang bebas mata pelajaran

3

Pemisahan antara mata pelajaran pembentuk sikap, pembentuk keterampilan, dan pembentuk Pengetahuan

Semua mata pelajaran harus berkontribusi terhadap pembentukan sikap, keterampilan, dan pengetahuan,

4

Kompetensi diturunkan dari mata pelajaran

Mata pelajaran diturunkan dari

kompetensi yang ingin dicapai

5

Mata pelajaran lepas satu dengan yang lain, seperti sekumpulan mata pelajaran terpisah

Semua mata pelajaran diikat oleh kompetensi inti (tiap kelas)


Keunggulan Kurikulum 2013
Menurut Mulyasa (2013: 164) keunggulan kurikulum 2013 adalah, (1) kurikulum 2013 menggunakan pendekatan yang bersifat alamiah (kontekstual), karena berangkat, berfokus, dan bermuara pada hakikat peserta didik untuk mengembangkan berbagai kompetensi sesuai dengan potensinya masing-masing. Dalam hal ini peserta didik merupakan subjek belajar, dan proses belajar berlangsung secara alamiah dalam bentuk bekerja dan mengalami berdasarkan kompetensi tertentu, bukan transfer pengetahuan (transfer of knowledge); (2) kurikulum 2013 yang berbasis karakter dan kompetensi mendasari pengembangan kemampuan-kemampuan lain. Penguasaan ilmu pengetahuan dan keahlian tertentu dalam suatu pekerjaan, kemampuan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari, serta pengembangan aspek-aspek kepribadian dapat dilakukan secara optimal berdasarkan standar kompetensi tertentu; (3) ada bidang-bidang studi atau mata pelajaran tertentu yang dalam pengembangannya lebih tepat menggunakan pendekatan kompetensi, terutama yang berkaitan dengan keterampilan.

Silabus

Mulyasa (2010b: 133) menyebutkan, silabus merupakan kegiatan inti dari setiap kurikulum yang sedikitnya memuat tiga komponen utama sebagai berikut.
1.     Kompetensi yang akan ditanamkan kepada peserta didik melalui suatu kegiatan pembelajaran. 
2.     Kegiatan yang harus dilakukan untuk menanamkan/membentuk kompetensi tersebut. 
3.   Upaya yang harus dilakukan untuk mengetahui bahwa kompetensi tersebut sudah dimiliki perserta         didik.
Silabus menjadi acuan dalam kegiatan pembelajaran, karena silabus mempunyai beberapa manfaat antara lain. 
1. Sebagai pedoman/acuan bagi pengembangan pembelajaran lebih lanjut, yaitu dalam penyusunan RPP, pengelolaan kegiatan pembelajaran, penyediaan sumber belajar, dan pengembangan sistem penilaian. 
2. Memberikan gambaran mengenai pokok-pokok program yang akan dicapai dalam suatu mata pelajaran. 
3.   Sebagai ukuran dalam melakukan penilaian keberhasilan suatu program pembelajaran.
4. Dokumentasi tertulis (written document) sebagai akuntabilitas suatu program pembelajaran
Contoh silabus dapat dilihat pada link berikut : 
https://docs.google.com/document/d/1Rt8DqzWYPcUFpos21hmbKOH9I8f73qy/editusp=drive_link&ouid=108841385320684656462&rtpof=true&sd=true  

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
RPP mencakup: (1) data sekolah, mata pelajaran, dan kelas/semester, (2) materi pokok, (3) alokasi waktu, (4) tujuan pembelajaran, kompetensi dasar dan indikator pencapaian kompetensi, (5) materi pembelajaran, metode pembelajaran, (6) media, alat dan sumber belajar, (7) langkah-langkah kegiatan pembelajaran, dan (8) penilaian.
Fungsi RPP menurut Mulyasa (2010b:155) ada dua yaitu fungsi perencanaan dan fungsi pelaksanaan pembelajaran.
a. Fungsi perencanaan. RPP hendaknya dapat mendorong guru lebih siap melakukan kegiatan pembelajaran dengan perencanaan yang matang. Oleh karena itu, setiap akan melakukan pembelajaran guru wajib memiliki persiapan, baik persiapan tertulis maupun tidak tertulis.
b.  Fungsi pelaksanaan. RPP harus disusun secara sistemik dan sistematik, utuh dan menyeluruh, dengan beberapa kemungkinan penyesuaian dalam situasi pembelajaran yang aktual. Dengan demikian RPP berfungsi untuk mengefektifkan proses pembelajaran sesuai dengan apa yang direncanakan. Dalam hal ini materi standar yang dikembangkan dan dijadikan bahan kajian oleh peserta didik harus disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuannya, mengandung nilai fungsional, praktis, serta disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan lingkungan, sekolah, dan daerah.

RPP dapat dikembangkan sesuai dengan karakteristik mata pelajaran dan peserta didik mengacu aturan yang berlaku.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran adalah sebagai berikut.
1)     Kegiatan pembelajaran disusun untuk memberikan bantuan kepada guru, agar dapat melaksanakan proses pembelajaran secara profesional 
2)     Kegiatan pembelajaran memuat rangkaian kegiatan manajerial yang dilakukan guru, agar peserta didik dapat melakukan kegiatan seperti yang tertera pada silabus. Kegiatan pembelajaran untuk setiap pertemuan merupakan skenario langkah- langkah guru dalam membuat peserta didik aktif belajar. Kegiatan ini diorganisasikan menjadi kegiatan: pendahuluan, inti, dan penutup. Kegiatan inti dijabarkan lebih lanjut menjadi rincian dar kegiatan eksplorasi, elaborasi, dan konforirmasi, yakni: mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasikan, dan mengkomunikasikan. Untuk pembelajaran yang bertujuan menguasai prosedur untuk melakukan sesuatu, kegiatan pembelajaran dapat berupa pemodelan/demonstrasi oleh guru atau ahli, peniruan oleh peserta didik, pengecekan dan pemberian umpan balik oleh guru 

Contoh RPP dapat dilihat pada link berikut  : 

https://docs.google.com/document/d/1WWllgNxlDnJG8aIOige2fIs2tljh8a-X/edit?usp=drive_link&ouid=108841385320684656462&rtpof=true&sd=true


Kompetensi yang akan ditanamkan kepada peserta didik melalui suatu kegiatan

Kegiatan yang harus dilakukan untuk menanamkan/membentuk kompetensi tersebut
. Upaya yang harus dilakukan untuk mengetahui bahwa kompetensi tersebut sudah dimiliki perserta didik. Mengacu pada pendapat tersebut, cakupan silabus harus dapat menjawab pertanyaan apa kompetensi yang harus dikuasai peserta didik didik, bagaimana cara mencapainya, dan bagaimana cara mengetahui pencapaiannya. Pengertian lain silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata pelajaran dengan tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar yang dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan, berdasarkan standar nasional pendidikan .

Memberikan gambaran mengenai pokok-pokok program yang akan dicapai dalam suatu mata pelajaran
.

Dokumentasi tertulis sebagai akuntabilitas suatu program

Prinsip tersebut merupakan kaidah yang akan menjiwai pelaksanaan kurikulum
.

Ilmiah, maksudnya bahwa keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam silabus harus benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan. Mengingat silabus berisikan garis-garis besar isi/materi pembelajaran yang akan dipelajari peserta didik, maka materi/isi pembelajaran tersebut harus memenuhi kebenaran ilmiah. Konsisten, maksudnya bahwa dalam silabus harus nampak hubungan yang konsisten antara kompetensi dasar, indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian. Memadai, maksudnya bahwa cakupan indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian cukup memadai untuk menunjang pencapaian kompetensi dasar yang pada akhirnya mencapai standar kompetensi.

Aktual dan kontekstual
, maksudnya bahwa cakupan indikator, materi pokok, sumber sistem perkembangan ilmu, teknologi, dan seni mutakhir dalam kehidupan nyata, dan peristiwa yang terjadi. Fleksibel, maksudnya bahwa keseluruhan komponen silabus dapat mengakomodasi keragaman peserta didik, pendidik, serta dinamika perubahan yang terjadi di sekolah dan tuntutan masyarakat.

Mengkaji Kompetensi Dasar

Kompetensi Dasar merupakan kompetensi setiap mata pelajaran untuk setiap kelas yang diturunkan dari Kompetensi Inti
. Kompetensi Dasar adalah konten atau kompetensi yang terdiri atas sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang bersumber pada Kompetensi Inti yang harus dikuasai peserta didik. Kompetensi tersebut dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik peserta didik, kemampuan awal, serta ciri dari suatu mata pelajaran. Kompetensi dasar merupakan sejumlah kemampuan yang harus dikuasai peserta didik dalam mata pelajaran tertentu sebagai rujukan penyusunan indikator kompetensi.

Mengidentifikasi Materi Pokok

Materi pokok/pembelajaran ini merupakan pokok-pokok materi pembelajaran yang harus dipelajari peserta didik untuk mencapai kompetensi dasar dan indikator
. Jenis materi pokok bisa berupa fakta, konsep, prinsip, prosedur, atau keterampilan. Materi pokok dalam silabus biasanya dirumuskan dalam bentuk kata benda atau kata kerja yang dibendakan.

Mengembangkan Kegiatan Pembelajaran

Kegiatan pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk/pola umum kegiatan yang akan dilaksanakan dalam proses pembelajaran
. Kegiatan non tatap muka, berupa kegiatan pembelajaran yang bukan interaksi langsung guru-peserta didik , kegiatan pembelajaran kontekstual, dan kegiatan pembelajaran kecakapan hidup. Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antar peserta didik, peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya dalam rangka pencapaian kompetensi dasar. Pengalaman belajar memuat kecakapan hidup yang perlu dikuasai peserta didik.

Untuk pembelajaran yang bertujuan menguasai prosedur untuk melakukan sesuatu
, kegiatan pembelajaran dapat berupa pemodelan/demonstrasi oleh guru atau ahli, peniruan oleh peserta didik, pengecekan dan pemberian umpan balik oleh guru dan pelatihan lanjutan, rumusan pernyataan dalam kegiatan pembelajaran minimal mengandung dua unsur penciri yang mencerminkan pengelolaan pengalaman belajar peserta didik, yaitu kegiatan peserta didik dan materi pembelajaran.

Penentuan Jenis Penilaian

Penilaian pencapaian kompetensi dasar peserta didik dilakukan berdasarkan indikator
. Berkelanjutan dalam arti semua indikator ditagih, kemudian hasilnya dianalisis untuk menentukan kompetensi dasar yang telah dimiliki dan yang belum, serta untuk mengetahui kesulitan peserta didik, hasil penilaian dianalisis untuk menentukan tindak lanjut. Tindak lanjut berupa perbaikan proses pembelajaran berikutnya, program remedi bagi peserta didik yang pencapaian kompetensinya di bawah kriteria ketuntasan, dan program pengayaan bagi peserta didik yang telah memenuhi kriteria ketuntasan, dan sistem penilaian harus disesuaikan dengan pengalaman belajar yang ditempuh dalam proses pembelajaran.

Mata Kuliah ini bertujuan agar mahasiswa mempunyai kepribadian yang unggul dilandasi oleh nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan
, melalui penguasaan pengetahuan dan ketrampilan di bidang teknik pengecatan kendaraan. Kegiatan pembelajaran dilakukan melalui kuliah teori dan kegiatan praktikum di bengkel.

PEMBELAJARAN BERBASIS KOMPETENSI

Belajar dan Pembelajaran

Pengertian Belajar:

  • Aktivitas mental untuk menghasilkan perubahan pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai.
  • Pemberian makna oleh peserta didik kepada pengalamannya.
  • Upaya untuk memperoleh perubahan tingkah laku baru.
  • Kegiatan psikofisik menuju perkembangan pribadi seutuhnya.
  • Penguasaan materi ilmu pengetahuan.
  • Proses di mana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui praktek dan latihan.

Ciri Utama Belajar:

  • Perubahan tingkah laku:
    • Sadar.
    • Kontinu dan fungsional.
    • Positif dan aktif.
    • Permanen.
    • Bertujuan atau terarah.
    • Mencakup seluruh aspek tingkah laku 
Belajar adalah proses yang kompleks dan multidimensi yang melibatkan perubahan mental dan perilaku individu sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya. 
Pembelajaran 

Tabel4. Perbedaan Pembelajaran yang berpusat pada guru dan yang berpusat pada peserta didik

 

FITUR

PEMBELAJARAN

Berpusat pada Guru

Berpusat pada Peserta

didik

Landasan Teoritis

Teori belajar Sosial, behavioral,

dan pemrosesan Informasi

Teori Kognitif dan

Kostruktivistik

Peran Guru

Merancang strategi pembelajaran dan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya, menggunakan prosedur yang mendukung perolehan pengetahuan dan keterampilan

yang telah ditetapkan

Membangun berbagai strategi dan melibatkan peserta didik dalam perencanaan, mendorong dan menerima ide-ide peserta didik, memberi otonomi dan

pilihan kepada peserta didik

Peran Peserta didik

Peserta didik berperan pasif, mendengarkan penjelasan guru, membaca, mempraktekkan keterampilan yang ditetapkan guru

Peserta didik berperan aktif, berinteraksi dengan sesama peserta didik dan berpartisipasi diberbagai

kegiatan investigatif dan mengatasi masalah

Tugas

Didominasi, terkait erat dengan

Keseimbangan antara input,

Perencanaan

standar dan tujuan kurikulum yang telah ditetapkan sebelumnya

guru dan peserta didik, terkait secara fleksibel dengan standar dan tujuan

kurikulum

Lingkungan Belajar

Sebagian besar distrukturisasikan dengan ketat. Walaupun ini bukan berarti otoritarian

Struktur longgar, ditandai oleh proses-proses yang demokratis, pilihan otonomi untuk berpikir dan

Menyelidiki

Prosedur asesmen

Menyadarkan diri pada prosedur dan proses kertas dan pensil dan

selected person yang lebih tradisional

Menyadarkan diri pada prosedur dan proses asesmen autentik dan asesmen

Performance

(Sumber: Arend, 2008:2)

Hakikat Strategi Pembelajaran

Strategi pembelajaran didefinisikan sebagai suatu garis besar haluan bertindak untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan.

Pengertian Strategi Pembelajaran:

  • Seels dan Rita: Rincian (spesifikasi) dari seleksi dan pengurutan peristiwa dan kegiatan dalam pelajaran.
  • Panen: Prinsip-prinsip dalam pemilihan urutan pengalaman belajar dalam satu proses pembelajaran.
  • Dick dan Carey: Menjelaskan komponen-komponen umum dari suatu set materi pembelajaran dan prosedur yang akan digunakan bersama materi tersebut untuk menghasilkan hasil belajar tertentu pada peserta didik.
  • Gagne dan Briggs: Sembilan urutan kegiatan pembelajaran (instruksional):
    1. Memberikan motivasi atau menarik perhatian.
    2. Menjelaskan tujuan instruksional kepada peserta didik.
    3. Mengingatkan kompetensi prasyarat.
    4. Memberi stimulus yaitu menyajikan materi pembelajaran (masalah, topik, konsep).
    5. Memberi petunjuk belajar (cara mempelajari).
    6. Menimbulkan penampilan peserta didik.
    7. Memberikan umpan balik.
    8. Menilai penampilan.
    9. Menyimpulkan.

Kriteria Strategi Pembelajaran Efektif:

  • Daya tarik.
  • Daya guna (efektivitas).
  • Hasil guna (efisiensi).

Komponen Umum Strategi Pembelajaran:

  • Penggunaan metode mengajar yang tepat.
  • Penggunaan media pembelajaran yang menunjang.

Kesimpulan:

Strategi pembelajaran yang efektif sangat penting untuk mencapai tujuan pembelajaran dan meningkatkan hasil belajar peserta didik. Strategi pembelajaran harus disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan jenis perilaku yang ada dalam tujuan pembelajaran.

Prinsip-Prinsip Penggunaan Strategi Pembelajaran (Wina Sanjaya, 2007)

Prinsip-prinsip:

  1. Berorientasi pada tujuan: Segala aktivitas dalam pembelajaran diarahkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Keberhasilan strategi pembelajaran diukur dari keberhasilan peserta didik mencapai tujuan tersebut.
  2. Aktivitas: Belajar bukan hanya menghafal, tetapi melalui aktivitas untuk memperoleh pengalaman. Strategi pembelajaran harus mendorong aktivitas fisik, psikis, dan mental peserta didik.
  3. Individualitas: Pembelajaran harus mengembangkan setiap individu peserta didik. Meskipun dilakukan secara kelompok, hasil akhir pembelajaran adalah perubahan tingkah laku pada setiap individu.
  4. Integritas: Strategi pembelajaran harus mengembangkan seluruh aspek kepribadian peserta didik secara integral, yaitu kemampuan intelektual, sikap dan nilai, serta keterampilan secara simultan.
Variabel dalam Pembelajaran
Reigeluth (1998) mengemukakan bahwa strategi pembelajaran meliputi lima daerah cakupan kegiatan pembelajaran, yaitu; (1) perencanaan (design), (2) pengembangan (development), (3) pelaksanaan (implementation), (4) pengelolaan (management), dan penilaian (evaluation).Berkenaan dengan model pembelajaran, Reigeluth dan Merrill telah mengembangkan model pembelajaran secara komprehensif yang terdiri dari tiga variabel utama, yaitu: (1) kondisi pembelajaran (instructional conditions), (2) metode pembelajaran (instructional methods), dan (3) hasil pembelajaran (instructional outcomes). Interrelasi antara ketiga variabel tersebut dihasilkan dua teori pembelajaran, yaitu teori pembelajaran deskriptif dan teori pembelajaran preskriptif, yang secara diagram dapat digambarkan sebagai berikut .

Permasalahan yang berkaitan dengan masing-masing variabel pembelajaran dapat dijelaskan melalui diagram taksonomi variabel pembelajaran Reigeluth dan Merrill sebagai berikut.

Model Pembelajaran

Model pembelajaran adalah suatu kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan kegiatan pembelajaran untuk membelajarkan peserta didik dengan menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar. Model pembelajaran dirancang untuk membantu guru membuat pembelajaran yang sistematis, efisien, dan mencapai tujuan pembelajaran.

Ciri-ciri model pembelajaran:

  • Memiliki rasional teoretis yang logis dan bersumber dari perancangannya.
  • Memiliki dasar pemikiran tentang tugas pembelajaran yang hendak dicapai dan bagaimana peserta didik belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut.
  • Menjelaskan aktivitas mengajar guru yang diperlukan agar model pembelajaran dapat dilaksanakan secara efektif.
  • Menjelaskan lingkungan belajar yang diperlukan untuk mencapai tujuan.
  • Membantu peserta didik memperoleh pemahaman dalam mengembangkan kemampuan berpikir kritis.
  • Termasuk serangkaian langkah-langkah spesifik yang dimaksudkan untuk mencapai tujuan.
  • Didasarkan pada teori belajar.
  • Didukung oleh teori motivasi.

Model pembelajaran dirancang dengan menggunakan pola pembelajaran tertentu yang menggambarkan:

  • Kegiatan guru dan peserta didik dalam mewujudkan kondisi belajar atau sistem lingkungan yang menyebabkan terjadinya proses belajar.
  • Karakteristik serentetan kegiatan yang dilakukan oleh guru-peserta didik, yang dikenal dengan sintaks.

Model pembelajaran student centered learning:

  • Menempatkan peserta didik sebagai pusat dari proses belajar.
  • Berbeda dari model belajar teacher centered learning yang menekankan pada transfer pengetahuan dari guru ke peserta didik yang relatif pasif.
Beberapa model pembelajaran yang berpusat pada peserta didik dicontohkan adalah:
(1) discovery learning, (2) self directed learning, (3) cooperative learning), (4) contextual instruction, (5) problem based learning, (6) project based learning, dan (7) work based learning

Lingkungan Belajar dan Kualitas Pembelajaran
Roy Killen (2009: 36) menyatakan bahwa pembelajaran dipengaruhi oleh lingkungan belajar yang terdiri dari sekolah, situasi klas, lingkungan masyarakat dan kultur sekolah.Selanjutnya dikatakan bahwa komponen pembelajaran terdiri dari guru (teacher), peserta didik (learner), dan materi pembelajaran (content). Ketiga komponen tersebut digambarkan dalam bentuk bagan sebagai berikut
Gambar 4. Bagan Komponen Pembelajaran

Pembelajaran terjadi karena adanya interaksi antara tiga komponen:

  1. Guru dengan peserta didik: Interaksi ini penting untuk membangun hubungan yang positif dan kondusif bagi proses belajar mengajar.
  2. Peserta didik dengan materi: Interaksi ini memungkinkan peserta didik untuk memahami dan menguasai materi pembelajaran.
  3. Guru dengan materi: Interaksi ini penting agar guru dapat menyampaikan materi dengan efektif dan sesuai dengan kebutuhan belajar peserta didik.

Kualitas pembelajaran (quality teaching in action) ditentukan oleh:

  • Pendekatan guru dalam pembelajaran.
  • Kesiapan peserta didik untuk belajar.
  • Interaksi guru dengan materi pembelajaran.
  • Interaksi guru dengan peserta didik.
  • Interaksi peserta didik dengan materi pembelajaran.
  • Lingkungan belajar.

Faktor-faktor yang memengaruhi kualitas hasil pembelajaran:

  • Struktur kurikulum.
  • Strategi pembelajaran, termasuk metode mengajar.
  • Kualitas elemen pembelajaran.

Kualitas hasil pembelajaran dapat diamati dari:

  • Prestasi belajar peserta didik di kelas.
  • Kinerja peserta didik di sekolah.
  • Kesiapan peserta didik untuk memasuki dunia kerja.
Gambar 5. Bagan Kualitas Hasil Belajar dan Mengajar

Pembelajaran berbasis kompetensi diperlukan prinsip-prinsip sebagai berikut.
1. Pembelajaran berpusat pada peserta didik (student-centered), artinya orientasi pembelajaran                    mengutamakan kebutuhan peserta didik. Peserta didik ditempatkan sebagai subyek pembelajaran            dan dilayani sesuai dengan kecepatan belajarnya. 
2. Pembelajaran dilakukan secara terpadu (integrated learning), maksudnya melibatkan berbagai                disiplin ilmu. 
3.  Pembelajaran individual (individual learning), artinya peserta didik diberi peluang untuk melakukan       pembelajaran secara individual. 
4.   Pembelajaran tuntas (mastery learning), maksudnya pembelajaran mengacu pada ketuntasan belajar       kompetnsi tertentu. 
5.   Pemecahan masalah (problem solving), artinya proses dan hasil pembelajaran mengacu pada         aktivitas pemecahan masalah riil yang ada di masyarakat. 
6.   Experience-based learning, yakni pembelajaran dilaksanakan melalui pemilihan pengalaman           belajar tertentu dalam mencapai kompetensi tertentu.

Penerapan prinsip pembelajaran berbasis kompetensi diharapkan bermanfaat untuk:
1.     menghindari duplikasi pengalaman pembelajaran, 
2.     mengupayakan konsistensi kompetensi yang ingin dicapai, 
3.    meningkatkan   mutu   pembelajaran   sesuai   dengan  kebutuhan  kecepatan, dan kesempatan peserta       didik, 
4.   meningkatkan mutu sistem penilaian dan pelaporan hasil belajar, 
5.  memperjelas komunikasi dengan peserta didik terkait dengan tugas, kegiatan, atau pengalaman                 belajar yang harus dilakukan dan cara yang digunakan untuk menentukan keberhasilan belajar, 
6.    meningkatkan akuntabilitas publik, 
7.    memperbaiki sistem sertifikasi, dan mendekatkan lembaga pendidikan dengan dunia kerja.

Pembelajaran berbasis kompetensi (PBK) menekankan pada pencapaian kompetensi peserta didik, yang dapat dicapai melalui pembelajaran yang:

  • Berpusat pada peserta didik (student active learning): Peserta didik terlibat aktif dalam proses belajar mengajar.
  • Belajar dengan melakukan (learning by doing): Peserta didik belajar melalui praktik dan pengalaman langsung.
  • Mengembangkan kecerdasan intelektual, emosional, spiritual, dan sosial: Pembelajaran tidak hanya fokus pada aspek kognitif, tetapi juga aspek afektif dan psikomotor.
  • Belajar mandiri dan belajar bekerjasama: Peserta didik didorong untuk belajar mandiri dan berkolaborasi dengan teman sebayanya.

Lima elemen esensial PBK menurut Norton (1987):

  1. Kompetensi yang dirumuskan dengan cermat: Jenis, jenjang, dan verifikasi kompetensi harus sesuai dengan kebutuhan di tempat kerja.
  2. Kriteria pengukuran yang eksplisit dan transparan: Kriteria pengukuran harus jelas dan dapat diakses oleh semua pihak.
  3. Program pembelajaran yang dirancang untuk pengembangan individu: Program pembelajaran harus dirancang untuk membantu individu mengembangkan kompetensi yang dibutuhkan.
  4. Penilaian kompetensi yang mengukur pengetahuan, sikap, dan kinerja aktual: Penilaian harus komprehensif dan mengukur semua aspek kompetensi.
  5. Pembelajaran yang mengembangkan potensi peserta didik: Pembelajaran harus membantu peserta didik mencapai potensi maksimal mereka.

Karakteristik PBK menurut Foyster (1990), Norton (1987), dan Gonczi (1998):

  • Dikembangkan untuk kompetensi tertentu: PBK fokus pada pencapaian kompetensi yang spesifik dan terukur.
  • Teori dan praktik terpadu: PBK mengintegrasikan teori dan praktik untuk memberikan pengalaman belajar yang lebih bermakna.
  • Bahan ajar yang mendukung kompetensi: Bahan ajar dirancang untuk membantu peserta didik mencapai kompetensi yang diinginkan.
  • Pembelajaran tuntas: Peserta didik harus mencapai tingkat penguasaan tertentu sebelum melanjutkan ke materi berikutnya.
  • Penggunaan multimedia: PBK memanfaatkan berbagai media untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran.
  • Kepuasan berdasarkan penguasaan kompetensi: Peserta didik merasa puas ketika mereka mencapai kompetensi yang diinginkan.
  • Strategi pemecahan masalah: PBK mendorong peserta didik untuk mengembangkan keterampilan pemecahan masalah.
  • Experience-based learning: PBK menekankan pada pembelajaran melalui pengalaman.
  • Pembelajaran individu: PBK memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk belajar secara individual.

Tabel5. Karakteristik Dasar Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Pembelajaran Konvensional

Karakteristik

Pembelajaran berbasis Kompetensi

Pembelajaran Konvensional

Apa yang dipelajari peserta didik

Seutuhnya didasarkan pada student outcome berupa seperangkat kompetensi.

Berdasarkan buku teks, bahan referensi, bahan pelajaran yang diambil berkaitan dengan okupasi tertentu.

Bagaimana peserta didik belajar

Student centered learning activities, media dan material dirancang untuk membantu peserta didik ahli dalam setiap pekerjaan

Terpusat pada guru sebagai pemberi materi.

Kapanpeserta didik  mengerjakan tugas- tugas

Setiap peserta didik memiliki waktu yang cukup untuk membangun kompetensi pada setiap pekerjaan

sebelum meneruskan ke pekerjaan berikutnya.

Sekelompok atau satu kelas peserta didik menghabiskan waktu yang sama untuk setiap pelajaran.

Bagaimana peserta didik mempelajari setiap tugas

Setiap peserta didik dituntut membangun kompetensi kerjanya setinggi mungkin dalam seting seperti bekerja. Performance peserta didik dibandingkan dengan kompetensi standar menggunakan kriteria tertentu.

Tes atau evaluasi dilakukan di atas kertas. Performance peserta didik biasanya dibandingkan dengan kelompoknya menggunakan kurva normal.

(Sumber dari W.E. Blank, 1982: 6)

Pembelajaran berbasis kompetensi (PBK) memiliki beberapa keunggulan dibandingkan pembelajaran konvensional, yaitu:

  • Lebih bermakna bagi peserta didik: PBK fokus pada pencapaian kompetensi yang dibutuhkan di dunia kerja, sehingga lebih relevan dengan kebutuhan peserta didik.
  • Lebih efektif: PBK menggunakan berbagai metode dan strategi pembelajaran yang aktif dan partisipatif, sehingga membantu peserta didik belajar lebih efektif.
  • Lebih fleksibel: PBK memungkinkan peserta didik untuk belajar dengan kecepatan mereka sendiri dan sesuai dengan gaya belajar mereka.

Karakteristik PBK menurut W.E. Blank (1982):

  • Kompetensi yang jelas dan pasti: Peserta didik harus mengetahui kompetensi apa yang harus mereka pelajari.
  • Bahan pengajaran bermutu tinggi: Bahan pengajaran harus dirancang untuk membantu peserta didik mencapai kompetensi yang diinginkan.
  • Fokus pada belajar: Pembelajaran harus berpusat pada peserta didik dan membantu mereka untuk belajar secara mandiri.
  • Belajar tuntas: Peserta didik harus mencapai tingkat penguasaan tertentu sebelum melanjutkan ke materi berikutnya.
  • Demonstrasi kompetensi: Peserta didik harus mampu mendemonstrasikan kompetensi yang telah mereka pelajari.

Model-model pembelajaran yang berafiliasi dengan PBK:

  • Mastery learning: Peserta didik belajar sampai tuntas sebelum melanjutkan ke materi berikutnya.
  • Cooperative learning: Peserta didik belajar bersama dalam kelompok untuk mencapai tujuan bersama.
  • Collaborative learning: Peserta didik bekerja sama untuk menyelesaikan tugas atau proyek.
  • Contextual instruction: Peserta didik belajar dalam konteks kehidupan nyata.
  • Programmed instruction: Peserta didik belajar secara mandiri dengan menggunakan modul atau program pembelajaran.
  • Individualized instruction: Peserta didik belajar dengan kecepatan mereka sendiri dan sesuai dengan gaya belajar mereka.
  • Project based learning: Peserta didik belajar melalui proyek yang bermakna dan relevan dengan kehidupan nyata.
  • Problem based learning: Peserta didik belajar dengan memecahkan masalah yang kompleks.
  • Inquiry: Peserta didik belajar dengan mengajukan pertanyaan dan mencari jawabannya sendiri.
Pembelajaran Saintifik
Pembelajaran dengan pendekatan saintifik memiliki karakteristik sebagai berikut. 
a.      Berpusat pada peserta didik. 
b.     Melibatkan keterampilan proses sains dalam mengonstruksi konsep, hukum atau prinsip. 
c.      Melibatkan proses-proses kognitif yang potensial dalam merangsang perkembangan intelektual,                khususnya keterampilan berpikir tingkat tinggi peserta didik. 
d.     Dapat mengembangkan karakter peserta didik.
Pendekatan saintifik dalam pembelajaran disajikan sebagai berikut:(http://ruangkreasikita.blogspot.com/2014/03/pembelajaran-berbasis-proyek-1.html, diambil Kamis, 24 Juli 2014).

Pembelajaran berbasis proyek (PjBL) adalah strategi pembelajaran yang menggunakan proyek/kegiatan sebagai sarana pembelajaran untuk mencapai kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Penekanan pembelajaran terletak pada aktivitas peserta didik untuk memecahkan masalah dengan menerapkan keterampilan meneliti, menganalisis, merancang, hingga mempresentasikan produk pembelajaran berdasarkan pengalaman nyata.

Karakteristik PjBL:

  • Berpusat pada peserta didik: Peserta didik aktif dalam perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian proyek.
  • Memfokuskan pada pemecahan masalah: Peserta didik belajar melalui penyelesaian proyek yang kompleks dan autentik.
  • Mengintegrasikan teori dan praktik: Peserta didik menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang telah dipelajari dalam konteks nyata.
  • Meningkatkan kerja sama dan kolaborasi: Peserta didik bekerja sama dalam kelompok untuk menyelesaikan proyek.
  • Mengembangkan keterampilan abad ke-21: Peserta didik mengembangkan keterampilan berpikir kritis, komunikasi, kreativitas, dan pemecahan masalah.

Manfaat PjBL:

  • Meningkatkan motivasi dan keterlibatan peserta didik.
  • Meningkatkan pemahaman konseptual dan keterampilan pemecahan masalah.
  • Mengembangkan keterampilan abad ke-21.
  • Mempersiapkan peserta didik untuk dunia kerja.

Langkah-langkah pelaksanaan PjBL:

  1. Memilih topik proyek yang menarik dan relevan dengan peserta didik.
  2. Merumuskan tujuan pembelajaran yang jelas.
  3. Membuat rencana proyek yang terstruktur.
  4. Membimbing peserta didik dalam pelaksanaan proyek.
  5. Menilai hasil proyek.
Secara umum langkah-langkah pembelajaran berbasis proyek dapat dijelaskan sebagai berikut:

Beberapa aspek yang membedakan pembelajaran berbasis proyek dengan pembelajaran tradisional dideskripsikan oleh Thomas, Mergendoller, & Michaelson (1999) sebagaimana dalam Tabel 6 berikut.: 
Tabel 6. Perbedaan Pembelajaran Berbasis Proyek dan Pembelajaran Tradisional

ASPEK

PENDIDIKAN

PENEKANAN

TRADISIONAL

PENEKANAN BERBASIS

PROYEK

Fokus Kurikulum

Cakupan isi

Kedalaan pemahaman

Belajar keterampilan

―building-block‖ dalam

Isolasi

Pengembangan keterampilan pemecahan masalah kompleks

Lingkup dan Urutan

Berjalan dari blok ke blok atau unit ke unit

Unit-unit besar terbentuk dari problem dan isu yang kompleks

Memusat, fokus berbasis

Disiplin

Meluas, fokus interdisipliner

Peranan guru

Ahli

Pembimbing/partner

Fokus pengukuran

Produk

Proses dan produk

Konteks kelas

Terisolasi dengan dunia nyata masyarakat

Berorientasi pada dunia nyata

Peranan peserta didik

Menjalankan perintah guru

Melakukan kegiatan belajar yang diarahkan oleh diri sendiri

Tujuan jangka

pendek

Pengetahuan tentang fakta, istilah, dan isi

Pemahaman dan aplikasi ide dan proses yang kompleks

Tujuan jangka panjang

Luas pengetahuan

Dalam pengetahuan

Lulusan yang memiliki pengetahuan yang berhasil pada tes standard pencapaian belajar

Lulusan yang berwatak dan terampil mengembangkan diri, mandiri, dan belajar sepanjang hayat.


Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning/PBL)

Pembelajaran berbasis masalah (PBL) adalah strategi pembelajaran yang mendorong peserta didik untuk belajar secara aktif dengan memecahkan masalah yang kompleks dalam situasi nyata. PBL dapat diterapkan di berbagai tingkat, mulai dari mata pelajaran, unit mata pelajaran, hingga keseluruhan kurikulum.

Karakteristik PBL:

  • Berpusat pada peserta didik: Peserta didik berperan aktif dalam proses pembelajaran.
  • Memfokuskan pada pemecahan masalah: Peserta didik belajar melalui penyelesaian masalah yang kompleks dan autentik.
  • Mengintegrasikan teori dan praktik: Peserta didik menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang telah dipelajari dalam konteks nyata.
  • Meningkatkan kerja sama dan kolaborasi: Peserta didik bekerja sama dalam kelompok untuk menyelesaikan proyek.
  • Mengembangkan keterampilan abad ke-21: Peserta didik mengembangkan keterampilan berpikir kritis, komunikasi, kreativitas, dan pemecahan masalah.

Sejarah PBL:

  • PBL mulai dikenal luas pada tahun 1970-an sebagai alternatif pendekatan pendidikan medis.
  • Awalnya, PBL hanya digunakan dalam pendidikan medis, tetapi kemudian berkembang ke berbagai bidang lain.

Penerapan PBL:

  • PBL dapat diterapkan di berbagai tingkat pendidikan, mulai dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi.
  • PBL dapat digunakan untuk mengajar berbagai mata pelajaran, seperti sains, matematika, bahasa, dan sosial.
  • PBL dapat diterapkan dalam berbagai konteks pembelajaran, seperti kelas tradisional, kelas online, dan pembelajaran mandiri.

Manfaat PBL:

  • Meningkatkan motivasi dan keterlibatan peserta didik.
  • Meningkatkan pemahaman konseptual dan keterampilan pemecahan masalah.
  • Mengembangkan keterampilan abad ke-21.
  • Mempersiapkan peserta didik untuk dunia kerja.
Beberapa aspek pendidikan pada pembelajaran berbasis masalah dideskripsikan oleh Thomas, (1999: http://www.bgsu.edu/organizations /ctl/proj.html) sebagaimana dalam Tabel 7 berikut ini:
 Aspek Pendidikan pada Pembelajaran berbasis masalah

ASPEK PENDIDIKAN

MENEKANKAN PADA

Fokus kurikulum

Kedalaman pemahaman

Pengembangan keterampilan pemecahan masalah kompleks

Lingkup dan Urutan

Unit-unit besar terbentuk dari problem dan isu yang kompleks

Meluas, fokus interdisipliner

Peranan guru

Pembimbing/partner

Fokus pengukuran

Proses dan produk

Konteks kelas

Berorientasi pada dunia nyata

Peranan peserta didik

Melakukan kegiatan belajar yang diarahkan oleh diri sendiri

Tujuan jangka pendek

Pemahaman dan aplikasi ide dan proses yang kompleks

Tujuan jangka panjang

Dalam pengetahuan

Lulusan yang berwatak dan terampil mengembangkan diri, mandiri, dan belajar sepanjang hanyat.

Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya

Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual
, konseptual, prosedural dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.

Pembelajaran berbasis masalah (PBL) memiliki beberapa keuntungan, yaitu: (Johnson & Johnson, 1989:23-33, Davydov, 1995:12-21)

1. Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah

  • PBL mendorong peserta didik untuk terlibat aktif dalam tugas-tugas pemecahan masalah yang kompleks.
  • Melalui PBL, peserta didik belajar cara menemukan dan memecahkan masalah secara efektif.
  • PBL membantu peserta didik mengembangkan keterampilan berpikir kritis, analisis, dan evaluasi.

2. Meningkatkan Kecakapan Kolaboratif

  • PBL menekankan kerja sama dalam kelompok untuk menyelesaikan masalah.
  • Peserta didik belajar cara berkomunikasi, bernegosiasi, dan membuat konsensus dalam tim.
  • PBL membantu peserta didik mengembangkan keterampilan interpersonal dan kepemimpinan.

3. Meningkatkan Keterampilan Mengelola Sumber

  • PBL memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk belajar cara mengelola proyek dan sumber daya.
  • Peserta didik belajar cara merencanakan, mengatur waktu, dan mengalokasikan sumber daya secara efektif.
  • PBL membantu peserta didik mengembangkan keterampilan organisasi dan manajemen waktu.
Tahap-tahap Pembelajaran berbasis masalah (problem based learning
Tabel 8. Sintaks Pembelajaran Berbasis Masalah.

Tahap-1

Orientasi peserta didik kepada masalah

Guru menjelaskan tujuan pembelajaran,logistik yang dibutuhkan, memotivasi peserta didik terlibat pada aktivitas pemecahan masalah yang dipilihnya.

Tahap-2

Mengorganisasi peserta didik untuk belajar

Guru membantu peserta didik mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.

Tahap-3

Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok

Guru mendorong peserta didik untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan penyelidikan untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.

Tahap-4

Mengembangkan   dan menyajikan hasil karya

Guru membantu peserta didik dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan dan membantu mereka untuk berbagai tugas dengan temannya.

Tahap-5

Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.

Guru mambantu peserta didik melakukan refleksi dan evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses- proses yang mereka gunakan.


Secara operasional pembelajaran masalah dapat dilakukan melalui langkah-           langkah sebagai berikut: (Muslimin & Moh. Nur, 2000:13). 

1)Problem diberikan di dalam urutan belajar, sebelum persiapan atau                                 berlangsungnya kegiatan.

2)Situasi masalah diberikan kepada peserta didik dalam cara yang sama seperti                  masalah itu terjadi di dunia nyata

3)Peserta didik bekerja menyelesaikan masalah yang dapat memberi peluang                    dirinya berpikir dan menggunakan pengetahuannya, sesuai dengan level                           belajarnya.

4) Lingkup belajar pemecahan masalah ditetapkan dan digunakan sebagai                          pemandu belajar individual.

5)Pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk belajar ini, diterapkan                 kembali pada masalah, untuk mengevaluasi keefektifan belajar dan memberi

   penghargaan belajar.

Belajar yang terjadi di dalam kerja dengan masalah dan dalam belajar individual, diringkas dan diintegrasikan ke dalam pengetahuan dan keterampilan peserta didik yang sudah dimiliki

1. Tugas-Tugas Perencanaan:

  • Situasi masalah yang baik harus autentik, mengandung teka-teki, dan tidak terdefinisi secara ketat.
  • Situasi masalah harus memungkinkan kerja sama yang bermakna bagi peserta didik sesuai tingkat perkembangan intelektualnya.
  • Situasi masalah harus konsisten dengan tujuan yang telah dirumuskan dalam kurikulum.

2. Tugas-Tugas Interaktif:

  • Tujuan PBL bukan untuk memperoleh informasi baru dalam jumlah besar, tetapi untuk mendorong peserta didik melakukan penyelidikan terhadap masalah-masalah penting dan untuk menjadi pebelajar yang mandiri.
  • Pertanyaan-pertanyaan atau masalah-masalah yang diselidiki tidak memiliki jawaban mutlak "benar", tetapi dapat berupa masalah yang kompleks, memiliki banyak penyelesaian, dan mungkin saling bertentangan.
  • Selama tahap penyelidikan, peserta didik didorong untuk mencari informasi sebanyak-banyaknya dan kemudian menyatakan ide-idenya secara luas dan terbuka.
  • Tugas guru adalah mendorong pertukaran ide secara bebas dan menerima sepenuhnya ide-ide tersebut.
  • Tahap akhir PBL adalah membantu peserta didik menganalisis dan mengevaluasi proses berpikir yang mereka lakukan.

3. Asesmen dan Evaluasi:

  • Asesmen dilakukan sebagai proses pengumpulan informasi selengkap-lengkapnya tentang peserta didik dan situasi kelas untuk tujuan pembuatan keputusan pengajaran.
  • Evaluasi dilakukan sebagai proses pembuatan keputusan, pemberian nilai, atau keputusan tentang manfaat suatu program, pendekatan, atau kerja peserta didik tertentu.
  • Prosedur-prosedur ini dikenal dengan asesmen kinerja, asesmen autentik, dan portofolio.
Perbedaan Pembelajaran berbasis masalah dengan Pembelajaran Konvensional

embelajaran berbasis masalah (PBL) memiliki beberapa perbedaan mendasar dengan pembelajaran konvensional, yaitu:

Peran Guru:

  • PBL: Guru berperan sebagai fasilitator dan pembimbing, membantu peserta didik dalam proses belajar.
  • Pembelajaran Konvensional: Guru berperan sebagai pengajar utama, menyampaikan materi dan informasi kepada peserta didik.

Penentuan Masalah:

  • PBL: Peserta didik terlibat dalam menentukan masalah yang akan dipelajari.
  • Pembelajaran Konvensional: Guru menentukan masalah yang akan dipelajari oleh peserta didik.

Penggalian Informasi:

  • PBL: Peserta didik secara aktif mencari informasi dan bahan ajar untuk menyelesaikan masalah.
  • Pembelajaran Konvensional: Guru menyediakan informasi dan bahan ajar kepada peserta didik.

Fokus Pembelajaran:

  • PBL: Fokus pada proses pemecahan masalah dan pengembangan keterampilan belajar.
  • Pembelajaran Konvensional: Fokus pada penguasaan materi pelajaran.

Paradigma:

  • PBL: Berlandaskan pada paradigma konstruktivisme, yang menekankan pada peran aktif peserta didik dalam membangun pengetahuannya sendiri.
  • Pembelajaran Konvensional: Berlandaskan pada paradigma tradisional, yang menekankan pada peran guru sebagai penyampai pengetahuan.

Kesimpulan:

PBL merupakan pendekatan pembelajaran yang lebih aktif dan berpusat pada peserta didik dibandingkan dengan pembelajaran konvensional. PBL mendorong peserta didik untuk belajar secara mandiri, kritis, dan kreatif dalam menyelesaikan masalah.

Pengembangan Pembelajaran berbasis masalah

Proses Pembelajaran berbasis masalah pada umumnya meliputi enam langkah berikut. 

1)    Problem diberikan di dalam urutan belajar, sebelum persiapan atau berlangsungnya kegiatan. 

2)    Situasi masalah diberikan kepada peserta didik dalam cara yang sama seperti masalah itu terjadi di dunia nyata 

3)    Peserta didik bekerja menyelesaikan masalah yang dapat memberi peluang dirinya berpikir dan menggunakan pengetahuannya, sesuai dengan level belajarnya. 

4)    Lingkup belajar pemecahan masalah ditetapkan dan digunakan sebagai pemandu belajar individual.

5) Pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk belajar ini, diterapkan kembali pada masalah, untuk mengevaluasi keefektifan belajar dan memberi penghargaan belajar

Pembelajaran Berbasis Kerja (Work Based Learning)

Pengertian:

  • Pembelajaran berbasis kerja (PBL) adalah semua bentuk pembelajaran yang terjadi di tempat kerja, baik melalui pengalaman kerja maupun kerja dalam bimbingan.
  • PBL bertujuan untuk meningkatkan pengembangan profesi dan pembelajaran melalui pengalaman nyata di dunia kerja.
  • PBL dapat diterapkan di berbagai tingkat pendidikan, mulai dari sekolah menengah hingga perguruan tinggi.

Karakteristik:

  • Terkait erat dengan kebutuhan: PBL dirancang untuk memenuhi kebutuhan nyata dunia kerja.
  • Melibatkan semua pihak: PBL melibatkan staf di semua tingkatan, dari guru hingga profesional di dunia kerja.
  • Kontekstual: PBL dilakukan di tempat kerja yang sebenarnya, sehingga peserta didik dapat belajar dalam konteks yang autentik.
  • Efektif: PBL terbukti dapat meningkatkan transfer belajar dan keterampilan peserta didik.
  • Fleksibel: PBL dapat diimplementasikan dengan berbagai waktu, tempat, dan metode yang sesuai dengan kebutuhan.
  • Efisien: PBL dapat menghemat waktu dan biaya dibandingkan dengan metode pembelajaran tradisional.

Manfaat:

  • Meningkatkan keterampilan dan pengetahuan yang sesuai dengan kebutuhan dunia kerja.
  • Meningkatkan motivasi dan keterlibatan peserta didik.
  • Meningkatkan kemampuan memecahkan masalah dan berpikir kritis.
  • Meningkatkan persiapan peserta didik untuk transisi dari sekolah ke dunia kerja.
Model-Model Pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Kerja (Work Based Learning

1. Apprenticeship (Pemagangan)

  • Model pembelajaran yang mengintegrasikan pembelajaran di kelas dan di tempat kerja dengan waktu tertentu.
  • Dilakukan melalui pendidikan sistem ganda, yaitu menggabungkan teori di sekolah dan praktik di industri.
  • Tujuannya untuk menghasilkan tenaga kerja berkualitas, memperkuat link and match antara sekolah/kampus dengan dunia kerja, meningkatkan efektivitas pendidikan, dan memberikan pengakuan terhadap pengalaman kerja.

2. Internship (Magang)

  • Model pembelajaran yang mengirimkan peserta didik untuk beberapa minggu atau bulan dengan pekerjaan yang dipilih sesuai kurikulum.
  • Merupakan persiapan profesional di mana peserta didik bekerja di bawah supervisi profesional dan perwakilan sekolah.
  • Memiliki karakteristik peserta didik melakukan praktik kerja secara penuh di suatu lembaga profesional dan industri.
  • Tujuannya untuk mengembangkan kompetensi dalam melaksanakan tanggung jawab kependidikan.

3. School-Based Enterprise (Usaha Berbasis Sekolah)

  • Model pembelajaran di mana peserta didik, di bawah pengawasan guru, mengorganisir suatu usaha layanan di dalam sekolah atau kampus.
  • Dilakukan melalui kegiatan pembukaan unit produksi yang bersifat bisnis dengan para pelaku warga sekolah/kampus.
  • Tujuannya untuk meningkatkan kualitas tamatan, sarana praktik kerja, membantu pendanaan pendidikan, mengembangkan sikap mandiri, melatih keberanian mengambil risiko, memberikan kesempatan praktik yang berorientasi pasar, meningkatkan kreativitas, dan menumbuhkan sikap profesional dan produktif.

4. Cooperative Education (Pendidikan Kooperatif)

  • Model pembelajaran yang menghubungkan kegiatan kelas dengan dunia bisnis.
  • Peserta didik mendapatkan pendidikan dan pelatihan di tempat kerja, tetapi tetap melaksanakan instruksi pembelajaran di sekolah.
  • Program pembelajaran di kelas berhubungan dengan kegiatan paruh waktu (part-time) di dunia kerja.
  • Karakteristiknya adalah adanya kerjasama antara guru di sekolah dan pekerja/teknisi di dunia kerja.

5. Job Shadowing (Pengamatan Pekerjaan)

  • Model pembelajaran yang memberikan pengalaman peserta didik ikut bersama karyawan (di tempat kerja) pada waktu hari-hari kerja (activities), yang memiliki kesamaan dengan magang.
  • Peserta didik mengikuti dan mengamati pekerjaan karyawan secara langsung.
  • Tujuannya untuk memberikan gambaran nyata tentang pekerjaan dan membantu peserta didik dalam memilih karir.

PEMBELAJARAN TEORI DAN PRAKTIK KEJURUAN


Pembelajaran Teori Kejuruan

Proses Penyelenggaraan:

  1. Pengalihan/Pembinaan Ilmu: Pembelajaran teori untuk membekali peserta didik dengan pengetahuan.
  2. Pencernaan Ilmu: Mengerjakan tugas, PR, dan tutorial untuk memahami materi yang telah dipelajari.
  3. Pembuktian Ilmu: Melakukan percobaan di laboratorium, simulasi, atau virtual reality untuk membuktikan pemahaman.
  4. Pengembangan Keterampilan: Melatih keterampilan melalui pekerjaan nyata di bengkel praktik.

Tujuan:

  • Mempersiapkan peserta didik untuk memasuki dunia kerja.
  • Membentuk keterampilan yang dibutuhkan di dunia kerja.

Keterampilan Pokok:

  1. Keterampilan Dasar Tempat Kerja: Membaca, menulis, dan berhitung.
  2. Pengetahuan Dasar Tempat Kerja: Keselamatan kerja, proses dan produksi, struktur organisasi, budaya kerja, dan prinsip-prinsip dasar keuangan.
  3. Keterampilan Dasar Kemampuan Kerja: Bekerja sama dalam tim, menyelesaikan masalah, membuat keputusan, manajemen diri, dan menjalin hubungan dengan orang lain.

Kompetensi Lulusan:

  • Penguasaan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang sesuai dengan bidang kejuruan.

Hubungan Teori dan Praktik:

  • Pembelajaran teori memberikan bekal pengetahuan untuk praktik.
  • Praktik di bengkel atau laboratorium harus didukung oleh materi teori.
  • Contoh: Mata kuliah Teknik Pengecatan (2 sks teori, 2 sks praktik).
Secara sederhana kaitan antara pembelajaran teori dan praktik dapat dilihat pada gambar 5 berikut
Gambar 5. Pembelajaran Teori dan Praktik

 Model Pembelajaran Teori 

Guru memilih model pembelajaran atau metode pembelajaran harus mempertimbangkan; (1) karakteristik peserta didik, (2) materi yang akan disajikan, (3) tujuan pembelajaran yang dirumuskan, dan (4) pengalaman mengajar guru.

Gambar 6. Tingkat Memorisasi Berdasarkan Model Pembelajaran (Modifikasi dari Kerucut pengalaman Edgar Dale)

1.     Skenario Pembelajaran Teori

Tabel 9. Urutan Pembelajaran dan Kegiatan pada Pembelajaran Teori

No

Urutan Pembelajaran

Kegiatan

Metode

Bahan Ajar/Media

1.

Pembukaan

 

Waktu 10% dari total waktu kegiatan

·        Mempersiapkan peserta didik untuk siap menerima pelajaran

·        Berdoa bersama antara guru dan peserta didik

·        Melakukan presensi kehadiran peserta didik

·        Menyampaikan kompetensi dasar yang ingin dicapai.

·  Ceramah

·      Silabus

·      RPP

·      LCD

2.

Kegiatan Inti

Waktu 70 % dari total waktu kegiatan

·        Menjelaskan tujuan/kompetensi yang ingin dicapai

·        Meninjau kembali materi yang telah disampaikan

·        Menjelaskan materi sesuai dengan kompetensi dasar yang akan dicapai

·        Dapat dilakukan dengan penyampaian materi melalui pengamatan, bertanya, mengumpulkan informasi, menganalisis, dan mengkomunikasikan hasilnya.

·  Ceramah

·  Tanya jawab

·  Diskusi

·  Dapat menggunakan pendekatan berdasarkan masalah, proyek, ataupun pekerjaan.

·        RPP

·        Buku manual

·        Handout

·        Modul

·        LSD

3.

Penutupan

Waktu 20% dari total waktu kegiatan

·        Memberikan rangkumanmateri pembelajaran

·        Memberi tugas

·        Berdoa bersama.

·  Ceramah

·  Pemberian tugas

·        Lembar kerja peserta didik


Untuk mencapai keberhasilan proses pembelajaran diperlukan persyaratan sebagai berikut. 
a.      Tersedia silabus sesuai dengan mata kuliah atau mata pelajaran yang diajarkan. 
b.     Tersedia satuan acara perkuliahan atau rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah disusun                    dengan  baik. 
c.      Tersedia bahan ajar, modul, diktat, dan bahan ajar lainnya untuk mendukung pencapaian tujuan               sesuai dengan urutan kompetensi yang ada pada silabus. 
d.     Tersedia perangkat media pembelajaran yang mendukung keberhasilan presentasi penyampaian materi           pembelajaran. 
e.      Tersedia pedoman penilaian untuk proses dan hasil belajar.

TuTugas dan Kewajiban Guru:

  1. Hadir Tepat Waktu: Guru harus hadir 10 menit sebelum pembelajaran dimulai dan selesai 10 menit setelah pembelajaran berakhir.
  2. Mempersiapkan Silabus dan RPP: Guru harus menyusun silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) untuk setiap mata pelajaran.
  3. Menyediakan Bahan Ajar: Guru harus menyediakan bahan ajar dan media pembelajaran yang sesuai dengan materi pelajaran.
  4. Menyiapkan Perangkat Penilaian: Guru harus menyiapkan perangkat penilaian pembelajaran untuk mengukur keberhasilan belajar peserta didik.
  5. Melaksanakan Pembelajaran: Guru harus melaksanakan pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah disusun.
  6. Menciptakan Suasana Pembelajaran: Guru harus menciptakan suasana pembelajaran yang interaktif, aktif, dan dinamis.
  7. Menutup Pembelajaran: Guru harus menutup pembelajaran dengan memberikan simpulan dan doa.

TTugas dan Peran Peserta Didik:

  1. Datang Tepat Waktu: Peserta didik wajib datang 5 menit sebelum pembelajaran dimulai.
  2. Mempersiapkan Perlengkapan: Peserta didik harus menyiapkan perlengkapan pembelajaran seperti buku catatan dan alat tulis.
  3. Mempersiapkan Diri: Peserta didik harus mempersiapkan diri untuk menerima materi pembelajaran dengan membaca buku referensi atau catatan materi yang telah diberikan.
  4. Aktif dalam Pembelajaran: Peserta didik harus mendengarkan, menyimak, dan bertanya serta memberikan tanggapan terhadap pertanyaan atau jawaban yang diberikan oleh guru dan/atau peserta didik lainnya.
  5. Mengerjakan Tugas: Peserta didik wajib mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru dan mengumpulkannya tepat waktu

  1. Penilaian Pembelajaran Teori

Aspek Penilaian:

  • Kognitif: Pengetahuan dan pemahaman materi pelajaran.
  • Sikap: Disiplin, kehadiran, dan peran serta dalam pembelajaran.

Metode Penilaian:

  • Lisan: Pertanyaan di dalam atau di luar kelas.
  • Tertulis: Ujian tengah semester (UTS), ujian akhir semester (UAS), dan tugas.

Jenis Tugas:

  • Resensi buku.
  • Diskusi kelas.
  • Observasi lapangan.
  • Tugas lainnya yang mendukung pemahaman materi.

Komponen Penilaian:

  • Tugas-tugas.
  • UTS.
  • UAS.
  • Sikap.

Bobot Penilaian:

  • UTS: 30-40%.
  • UAS: 50-60%.
  • Tugas-tugas: 10-20%.
  • Sikap: 10-20%.

Catatan:

  • Bobot dapat disesuaikan berdasarkan silabus dan RPP.
  • Guru memiliki kewenangan penuh untuk menentukan bobot penilaian akhir.
Pembelajaran Praktik Bengkel
Pembelajaran Praktik 

Tujuan: Memberikan bekal pengetahuan dan keterampilan pada bidang kejuruan tertentu.

Ciri Utama: Pembelajaran praktik yang dilakukan di bengkel atau di laboratorium.

Prinsip Penting:

  • Demonstrasi: Belajar melalui mengamati peragaan.
  • Aplikasi: Belajar dengan menggunakan pengetahuan yang baru diperoleh.
  • Berpusat pada tugas: Belajar melalui melaksanakan tugas dalam strategi pembelajaran.
  • Aktifasi: Belajar dengan membangun pengetahuan dan pengalaman secara aktif.
  • Integrasi: Belajar dengan mengintegrasikan pengetahuan ke dalam kehidupan sehari-hari.

Prinsip Tambahan:

  • Berpusat pada peserta didik: Peserta didik aktif mencari, menemukan, dan mengembangkan materi pembelajaran.
  • Belajar dengan melakukan: Belajar melalui aktivitas dan praktik langsung.
  • Mengembangkan kemampuan sosial: Bekerja sama dalam kelompok untuk menyelesaikan masalah.
  • Mengembangkan keingintahuan, imajinasi, dan fitrah: Melatih kepekaan dan keingintahuan melalui proses belajar.
  • Mengembangkan keterampilan pemecahan masalah: Meningkatkan kemampuan memecahkan masalah melalui praktik.
  • Mengembangkan kreativitas: Menghasilkan produk atau jasa yang kreatif dan inovatif.
  • Belajar sepanjang hayat: Terus belajar untuk mengikuti perkembangan IPTEK dan kebutuhan dunia kerja.

Keterampilan:

  • Integrasi dari perbuatan teratur untuk mencapai tujuan.
  • Meliputi pengetahuan, pendapat, dan kemampuan melakukan proses.
  • Dipelajari melalui trial and error, latihan, dan praktik berulang.

Tingkatan Kemampuan:

  1. Pengenalan: Belum melakukan pekerjaan.
  2. Kemampuan Terbatas: Melakukan pekerjaan dengan bimbingan.
  3. Kemampuan: Melakukan tugas sendiri.
  4. Analisis: Mampu bekerja dan mengaplikasikan kemampuan ke pekerjaan lain.

Pembelajaran Praktik:

  • Dilakukan di bengkel, laboratorium, dan lapangan.
  • Menggunakan pendekatan berbasis kompetensi.
  • Memiliki tahapan: pendahuluan, penyajian, evaluasi.
  • Menggunakan seperangkat alat bantu: job sheet, lembar percobaan, lembar observasi.
  • Penilaian menggunakan standar kriteria.

Istilah Penting:

  • Shop Talk: Penjelasan singkat sebelum praktik.
    • Tujuan: Memberikan penekanan, contoh, dan prosedur penilaian.
    • Waktu: 15 menit.
  • Demonstrasi: Guru menunjukkan cara mengerjakan tugas.
    • Kelebihan: Cepat dipahami, menarik, dan meningkatkan keterampilan.
    • Kekurangan: Memerlukan keahlian, biaya, dan alat bantu.
Organisasi Peserta Didik pada Pelaksanaan Praktik


Gambar 9.Diagram Pembagian Tugas pada Kegiatan Praktik Peserta Didik (Sumber: Storm, George. (1995). Managing the occupational educational Laboratory. P.148



Gambar 10. Diagram Pembagian Kerja pada Kegiatan Praktik Peserta Didik

(Sumber: Storm, George. (1995). Managing the occupational educational Laboratory. P.150)


Keselamatan Kerja (Safety)

Tujuan:

  • Melindungi peserta didik, mesin, peralatan, bahan praktik, dan hasil kerja.

Jenis Keselamatan Kerja:

  1. Keselamatan Kerja dalam Bekerja (Safety on the Job):
    • Memakai pakaian kerja yang rapi, tertib, dan aman.
    • Selalu berpikir dan bekerja dengan aman.
    • Membangun rasa tanggung jawab antar peserta didik.
  2. Keselamatan Kerja di Dalam Bengkel (Safety in the Shop):
    • Keselamatan Personil:
      • Memakai alat pelindung diri (APD) seperti kaca mata, pakaian kerja, sarung tangan, dan sepatu kerja.
      • Menjaga kebersihan lingkungan kerja.
    • Keselamatan Kerja dalam Praktik:
      • Mengikuti prosedur pengoperasian mesin dengan benar.
      • Memastikan lingkungan kerja aman sebelum mengoperasikan mesin.
      • Memastikan semua tombol dan indikator mesin berfungsi.
      • Menggunakan kunci yang tepat.
    • Pencegahan Kebakaran:
      • Mengetahui tata letak alat pemadam kebakaran.
      • Mengetahui lokasi tombol alarm kebakaran.
      • Menjauhkan benda mudah terbakar dari mesin.

Hal Penting dalam Keselamatan Kerja:

  1. Kelengkapan peralatan keselamatan kerja (APD).
  2. Ketersediaan alat pemadam kebakaran.
  3. Perlengkapan keselamatan kerja untuk kelistrikan.
  4. Kode-kode warna untuk keselamatan kerja.
  5. Garis atau pembatas untuk daerah berbahaya.
  6. Perilaku yang menunjukkan budaya keselamatan kerja.
  7. Lingkungan kerja yang aman dan bernuansa keselamatan kerja.
  8. Promosi keselamatan kerja bagi semua pihak.
Job Sheet (Lembar Kerja)

Job sheet adalah lembar kerja yang berisi urutan instruksi tertulis langkah-langkah pengerjaan tugas untuk menyelesaikan pekerjaan. Job sheet juga memuat informasi tentang alat dan bahan yang akan digunakan.

Manfaat:

  • Membantu peserta didik memahami dan mengikuti langkah-langkah pengerjaan tugas dengan tepat.
  • Mengurangi kemungkinan melakukan kesalahan.
  • Menjadi media belajar keterampilan karena memuat instruksi tertulis, gambar, dan ilustrasi.
  • Mempermudah peserta didik dalam memahami job sheet.

Tips Membuat Job Sheet:

  • Gunakan kalimat yang mudah dimengerti.
  • Gunakan istilah yang mudah dikenal dan baku.
  • Berikan penjelasan dan contoh sebelum praktik.
  • Tekankan butir-butir kunci atau hal-hal pokok pada pekerjaan praktik.

Tahap Penyajian:

  1. Penjelasan Singkat (Shop Talk):

    • Tujuan: Memberikan penjelasan, menekankan keselamatan kerja, mendemonstrasikan, menjelaskan alat dan peralatan, dan memberikan butir-butir kunci penilaian.
    • Durasi: Maksimal 15 menit.
    • Pentingnya: Guru harus mampu menunjukkan dan menguasai keterampilan yang dipraktikkan.
  2. Demonstrasi:

    • Tujuan: Menunjukkan contoh keterampilan dengan benar.
    • Pentingnya: Hindari memberikan contoh yang salah karena dapat ditiru dan diingat oleh peserta didik.
  3. Tahap Pembelajaran Praktik Keterampilan:

    • Persiapan: Persiapan guru dan motivasi peserta didik.
    • Penyajian: Penjelasan singkat dan demonstrasi.
    • Kegiatan Inti: Praktik.
    • Penilaian: Penilaian terhadap usaha peserta didik.

Langkah-Langkah Mengajar Keterampilan (Mills, 1977):

  1. Menentukan tujuan dalam bentuk perbuatan.
  2. Menganalisis keterampilan secara detail dan menyusun langkah/operasi dan urutannya.
  3. Mendemonstrasikan keterampilan tersebut disertai dengan penjelasan singkat, dan memberikan butir-butir kunci serta bagian-bagian yang sukar.
  4. Meminta peserta didik mencoba sendiri dengan pengawasan dan bimbingan.
  5. Memberi penilaian terhadap usaha peserta didik.
Tabel 10. Urutan Pembelajaran dan Kegiatan pada Pembelajaran Praktik

No

Urutan Pembelajaran

Kegiatan

Metode

Bahan Ajar/Media

1.

Pembukaan

·        Mempersiapkan peserta didik untuk siap melakukan praktik

·        Berdoa bersama antara guru dan peserta didik

·        Melakukan presensi kehadiran peserta didik

·        Membagi tugas praktik peserta didik.

·  Ceramah

·      Job sheet

 

Waktu 5% dari total waktu kegiatan

 

 

2.

Penjelasan Singkat (Shop Talk) materi

·        Menjelaskan tujuan/kompetensi yang ingin dicapai

·        Menjelaskan langkah- langkah yang harus dilakukan selama kegiatan praktik berlangsung.

·        Meminta peserta didik memahami job sheet yang akan dikerjakan selama praktik berlangsung.

·        Mendemonstrasikan langkah-langkah pengerjaan materi ajar

sebagaimana tertuang dalam job sheet.

·  Ceramah Singkat (Shop

·        Job sheet

·        Buku Manual Praktik

·        Alat dan Peralatan Praktik

 

job sheet

Waktu 15 % dari total waktu kegiatan

Talk)

·  Demonstrasi

·  Diskusi

3.

Kegiatan praktik

 

Waktu: 75% dari total waktu kegiatan

·        Peserta didik melakukan praktik

·        Guru mendampingi dan membimbing peserta didik selama kegiatan praktik berlangsung

·        Guru melakukan pengawasan dan monitoring pada peserta didik

·        Gurumemberikan umpan balik selama proses pembelajaran praktik

berlangsung.

·  Praktik

·  Diskusi

·  Observasi

·        Job sheet

·        Buku manual praktik

·        Alat dan peralatan praktik

4.

Penutupan

Waktu 5% dari total waktu kegiatan

·        Guru merangkum proses pembelajaran praktik

·        Guru melakukan evaluasi hasil pembelajaran praktik 

Berdoa bersama antara guru dan peserta didik

·  Ceramah

Pemberian tugas

·        Job sheet 

Lembar kerja peserta didik


Persyaratan Pembelajaran Praktik
Beberapa persyaratan yang harus dipenuhi dalam proses pembelajaran praktik adalah sebagai berikut.
a.      Tersedia silabus sesuai dengan mata kuliah atau matapelajaran yang diajarkan.
b.     Tersedia rencana pembelajaran praktik yang sudah direncanakan dengan baik dan terarah.
c.      Tersedia lembar kerja (job sheet) sesuai dengan urutan kompetensi yang ada pada silabus.
d.     Tersedia pedoman penilaian baik untuk produk maupun proses.
e.      Tersedia fasilitas praktik yang layak dan mencukupi. 
f.      Tersedia bahan praktik sesuai dengan tuntutan kompetensi yang akan dibentuk. 
g.     Tersedia media, model sebagai perangkat demonstrasi guru.




Penilaian 
PePenilaian mengacu pada aspek : 
a.     Aspek proses penekanannya pada aspek sikap afektif peserta didik yang meliputi aspek sikap kerja, prosedur kerja, baik waktu pengerjaan dan kepekaan terhadap keselamatan kerja maupun perawatan. 
b.     Aspek produksi ditekankan pada hasil kerja peserta didik yang berupa produk hasil praktik, yang meliputi ketepatan ukuran, bentuk dan performa yang dituangkan dalam rubrik penilaian. 
c. Kriteria kelulusan ditentukan oleh capaian nilai yang memenuhi standart minimum yang telah ditentukan.

A.  Pembelajaran Praktik Laboratorium

Pembelajaran praktikum berfungsi meningkatkan pemahaman tentang suatu teori, konsep dengan melakukan percobaan (eksperimen) di laboratorium.

1.     Persyaratan Praktik Laboratorium

Persyaratan yang harus dipenuhi dalam proses pembelajaran praktikum laboratorium adalah sebagai berikut.

a.      Tersedia silabus praktikum.

b.     Tersedia Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Praktikum.

c.      Tersedia lembar praktikum (lab sheet) untuk tiap mata praktikum.

d.     Tersedia pedoman penilaian praktikum.

e.      Tersedia fasilitas praktikum yang layak, memadahi dan siap digunakan.

f.      Tersedia bahan praktikum sesuai kebutuhan tiap mata praktikum.

g.     Tersedia media, model sebagai perangkat demonstrasi guru.

 

 

2.     Tugas dan Peran Guru

a.      Memfasilitasi dan mendampingi peserta didik selama kegiatan praktikum berlangsung.

b.     Menjelaskan teori dasar dan pelaksanaan praktikum.

c.      Mengoreksi rancangan praktikum peserta didik.

d.     Membimbing pelaksanaan praktikum peserta didik.

e.      Menguji hasil praktikum.


f.      Menilai laporan dan pelaksanaan praktikum peserta didik.

g.     Melayani remidial praktikum bagai peserta didik yang belum berhasil.

h.     Memulai dan mengakhiri praktik dengan berdoa.

 

 

3.     Tugas dan Peran Laboran

Tugas dan peran laboran adalah sebagai berikut.

a.      Melayani keperluan mengajar guru.

b.     Melayani distribusi bahan praktikum.

c.      Menyiapkan peralatan praktikum yang akan digunakan.

d.     Memeriksa kondisi fasilitas praktikum yang akan digunakan.

e.      Melayani keluar/masuk peralatan praktikum.

f.      Menyiapkan alat-alat bantu praktikum atau yang sejenisnya untuk peserta didik.

g.     Melakukan monitoring pada waktu proses pembelajaran praktikum berlangsung terhadap keberfungsian alat dan peralatan praktikum, dan bahan- bahan praktikum.

h.     Bertanggung jawab terhadap kelengkapan peralatan praktikum.

i.       Bertanggungjawab terhadap kebersihan lingkungan dimana kegiatan praktikum berlangsung.

 

4.     Tugas dan Peran Peserta didik

Tugas dan peserta didik adalah sebagai berikut.

a.      Menyusun dasar teori praktikum.

b.     Menyusun rancangan praktikum.

c.      Melaksanakan praktikum.

d.     Mengikuti petunjuk keselamatan praktikum.

e.      Merawat peralatan praktikum.

f.      Membersihkan ruang dan merapikan kembali peralatan praktikum.

g.     Menyusun laporan praktikum.

 

5.     Skenario Pembelajaran Praktikum Laboratorium

Skenario pembelajaran praktikum laboratorium berbeda dengan pembelajaran teori, berikut ini disajikan garis besar skenario pembelajaran praktikum laboraorium sebagaimana pada tabel 11 berikut.


Tabel 11. Urutan Pembelajaran dan Kegiatan pada Praktikum Laboratorium

 

No

Urutan Pembelajaran

Kegiatan

Metode

Bahan ajar/Media

1.

Pembukaan Waktu 5% dari total waktu kegiatan

·  Menyiapkan peserta didik untuk melakukan praktikum.

·  Melakukan doa bersama antara guru dan peserta didik.

·  Melakukan presensi kehadiran peserta didik.

·  Membagi tugas praktikum peserta didik.

·  Ceramah

·  Eksperimen sheet

2.

Penjelasan singkat (shop talk) materi lab sheet

Waktu 15% dari

total waktu kegiatan

·  Memfasilitasi peserta didik untuk mengerjakan lab sheet.

·  Melakukan demonstrasi materi praktikum.

·  Ceramah Singkat (shop talk)

·  Demonstrasi

·  Diskusi

·  Observasi

·  Eksperimen sheet

·  Buku Manual

·  Alat dan Peralatan Praktik

3.

Kegiatan praktikum

 

Waktu 70% dari total waktu kegiatan

·  Mendampingi dan membimbing peserta didik selama mengerjakan lab sheet.

·  Melakukan monitoring kepada peserta didik selama kegiatan praktikum berlangsung.

·  Memberikan umpan balik kepada peserta didik selama kegiatan praktikum berlangsung.

·  Praktikum

·  Diskusi

·  Observasi

·  Pemberian tugas

·  Eksperimen sheet

·  Buku manual

·  Alat dan peralatan praktik

4.

Penutupan

Waktu 5% dari total waktu kegiatan

·  Memberi rangkuman materi yang dipelajari pada kegiatan praktikum.

·  Melakukan evaluasi hasil pembelajaran.

·  Melakukan doa bersama sebagai penutup kegiatan

praktikum.

·  Ceramah

·  Pemberian tugas

·  Eksperimen sheet

·  Lembar kerja peserta didik

pP

cocontoh jobsheet dapat dilihat pada link berikut :https://docs.google.com/document/d/1N1aRQ06yLtsmadHpdUdMelLMDO35nNdX/edit?uusp=drive_link&ouid=108841385320684656462&rtpof=true&sd=true


PENILIAN HASIL BELAJAR

Pengertian Penilaian:

  • Bagian dari proses belajar untuk mendorong peserta didik belajar lebih baik dan guru mengajar lebih baik.
  • Proses yang saling mempengaruhi dengan pembelajaran.
  • Terdiri dari pengumpulan, analisis, dan interpretasi data untuk menilai manfaat kurikulum, program, atau materi.
  • Alat untuk perbaikan pendidikan secara berkelanjutan.
  • Proses dinamis untuk meningkatkan program pembelajaran.

Tujuan Penilaian:

  • Mengetahui kemajuan atau prestasi peserta didik.
  • Menilai manfaat kurikulum, program, atau materi.
  • Meningkatkan program pembelajaran.

Karakteristik Penilaian Berbasis Kompetensi:

  • Didasarkan pada kompetensi yang dipersyaratkan.
  • Menilai berbagai aspek hasil belajar: kognitif, afektif, dan psikomotor.
  • Menggunakan berbagai teknik penilaian: tes, observasi, portofolio, unjuk kerja.
  • Dilakukan secara berkelanjutan.
  • Digunakan untuk memberikan umpan balik kepada peserta didik dan guru.
  • Digunakan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.

Manfaat Penilaian Berbasis Kompetensi:

  • Meningkatkan motivasi peserta didik.
  • Meningkatkan mutu pembelajaran.
  • Meningkatkan akuntabilitas pendidikan.

Langkah-langkah Penilaian Berbasis Kompetensi:

  1. Penetapan Kompetensi: Merumuskan kompetensi yang ingin dicapai.
  2. Pengembangan Instrumen Penilaian: Menyusun instrumen penilaian yang sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai.
  3. Pelaksanaan Penilaian: Melaksanakan penilaian sesuai dengan instrumen yang telah disusun.
  4. Analisis Hasil Penilaian: Menganalisis hasil penilaian untuk mengetahui pencapaian kompetensi peserta didik.
  5. Pemanfaatan Hasil Penilaian: Memanfaatkan hasil penilaian untuk memberikan umpan balik kepada peserta didik dan guru, serta untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
Reeves (2004) sebagaimana dikutip oleh Budi Santoso (2014: 65) mengungkapkan perbedaan antara penilaian tradisional dengan penilaian berdasarkan standar (dalam hal ini kompetensi) dapat dilihat pada tabel 11.
TaTabel 11. Perbedaan antara Traditional Assessment dan Standard-Based Assessment

Traditional Assessment

Standard-Based Assessment

The assessment is secret

Standars-based assessment ar open

Traditionsl test are associated with average scores or norms

Standars-beed assessment are designed so that

a large number of students can achiene proficiency

Traditional assessment seek to discriminate among different

students

Standars-based assessment involve a demontration of proficiency

Traditional assessment are overwhelmingly multiple-choice test

Standars-besed assessment recognize that fact that there is nnot a single “right” answer on a

number of test items

Traditional assessment are typically limited in time

Standars-based performance assessment force

edcators to grips with this central equation: what do we expect of our students

                        (Sumber: Reevees, 204: 35-40)

Strategi Penilaian Hasil Pembelajaran

Metode Penilaian:

  • Tes:
    • Tes tulis: pilihan ganda, benar salah, menjodohkan, esai.
    • Tes kinerja: perilaku terbatas (misalnya menulis paragraf), perilaku meluas (misalnya merumuskan hipotesis dan eksperimen).
  • Nontes:
    • Angket, kuesioner, penilaian diri, penilaian rekan sejawat.

Teknik dan Instrumen Penilaian:

  1. Penilaian Unjuk Kerja:

    • Mengamati kegiatan peserta didik dalam melakukan pekerjaan.
    • Digunakan untuk menilai kompetensi yang menuntut peserta didik melakukan tugas tertentu.
    • Menggunakan daftar cek dan skala penilaian.
      • Daftar cek: untuk unjuk kerja yang sederhana.
      • Skala penilaian: untuk unjuk kerja yang kompleks dengan rubrik.
  2. Penilaian Portofolio:

    • Mengumpulkan karya peserta didik untuk dinilai.
    • Digunakan untuk menilai perkembangan belajar peserta didik.
    • Portofolio harus dipilih dan didokumentasikan dengan baik.
  3. Penilaian Produk:

    • Menilai hasil karya peserta didik.
    • Digunakan untuk menilai kemampuan peserta didik dalam menghasilkan suatu produk.
    • Produk harus memenuhi kriteria yang telah ditentukan.
  4. Penilaian Penilaian Diri:

    • Peserta didik menilai dirinya sendiri berdasarkan indikator pencapaian belajar.
    • Digunakan untuk membantu peserta didik memahami kelebihan dan kekurangannya.
    • Instrumen penilaian diri harus jelas dan mudah dimengerti.
  5. Penilaian Penilaian Teman Sebaya:

    • Peserta didik saling menilai berdasarkan indikator pencapaian belajar.
    • Digunakan untuk membantu peserta didik belajar dari temannya.
    • Instrumen penilaian teman sebaya harus jelas dan mudah dimengerti.
  6. Penilaian Catatan Anekdot:

    • Mencatat kejadian atau perilaku peserta didik yang dianggap penting.
    • Digunakan untuk mendapatkan informasi tentang kepribadian, sikap, dan minat peserta didik.
    • Catatan anekdot harus ditulis secara objektif dan akurat.
  7. Penilaian Jurnal:

    • Peserta didik menuliskan pengalaman dan refleksinya selama belajar.
    • Digunakan untuk membantu peserta didik memahami proses belajarnya.
    • Jurnal harus ditulis secara teratur dan reflektif.
Berikut contoh penilaian unjuk kerja dengan skala penilaian beserta rubriknya disajikan pada tabel 12 berikut.

Tebel 12. Penilaian Unjuk Kerja 

No

Aspek yang Dinilai

Penilaian

1

2

3

1

Merangkai alat

 

 

 

2

Pengamatan

 

 

 

3

Data yang diperoleh

 

 

 

4

Kesimpulan

 

 

 

Berikut ini diberikan contoh rubrik penskoran sebagaimana pada tabel 13 berikut

Tabel 13. Rubrik Penilaian Unjuk Kerja

 

Aspek

yang Dinilai

Penilaian

1

2

3

Merangkai alat

Rangkaian                   alat tidak benar

Rangkaian alat benar, tetapi tidak rapi atau tidak

memperhatikan keselamatan kerja

Rangkaian                      alat benar, rapi, dan memperhatikan keselamatan kerja


Pengamatan

Pengamatan tidak cermat

Pengamatan                      cermat

tetapi             mengandung interpretasi

Pengamatan

cermat dan bebas interpretasi

Data yang diperoleh

Data tidak lengkap

Data lengkap, tetapi tidak terorganisir, atau ada yang salah

tulis

Data lengkap, terorganisir, dan ditulis dengan

benar

Kesimpulan

Tidak benar atau

tidak sesuai tujuan

Sebagian kesimpulan

ada yang salah atau tidak sesuai tujuan

Semua benar atau sesuai tujuan

Sumber: Lampiran Permendikbud No 81A Tahun 2013.

Penilaian Sikap

Pengertian Sikap:

  • Sikap adalah perasaan (suka atau tidak suka) yang terkait dengan kecenderungan seseorang dalam merespons sesuatu/objek.
  • Sikap juga merupakan ekspresi dari nilai-nilai atau pandangan hidup yang dimiliki oleh seseorang.
  • Terdiri dari tiga komponen: afektif (perasaan), kognitif (kepercayaan), dan konatif/perilaku (kecenderungan untuk bertindak).

Objek Sikap dalam Pembelajaran:

  • Sikap terhadap materi pelajaran.
  • Sikap terhadap guru.
  • Sikap terhadap proses pembelajaran.
  • Sikap terhadap nilai atau norma yang berhubungan dengan materi pelajaran.

Teknik Penilaian Sikap:

  • Observasi perilaku: Mengamati perilaku peserta didik untuk mengetahui kecenderungannya.
  • Pertanyaan langsung: Menanyakan secara langsung kepada peserta didik tentang sikapnya terhadap suatu objek.
  • Laporan pribadi: Meminta peserta didik membuat ulasan yang berisi pandangannya tentang suatu objek.

Manfaat Penilaian Sikap:

  • Mengetahui kecenderungan sikap peserta didik.
  • Membantu guru dalam membina peserta didik.
  • Meningkatkan kualitas pembelajaran.

Berikut ini disajikan contoh format Lembar Pengamatan Sikap Peserta Didik, diambilkan dari Lampiran IV Permendikbud No 81A Tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum dan Pedoman Pembelajaran.

 

No

Sikap

 

 

 

 

 

Nama

Keterbukaan

Ketekunan belajar

Kerajinan

Tenggang rasa

Kedisiplinan

Kerjasama

Ramah dengan teman

Hormat pada orang tua

Kejujuran

Kepedulian

Tanggungjawab

1.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

2.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

3.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

4.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

5.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Keterangan:

Skala penilaian sikap dibuat dengan rentang antara 1 s.d 5.

1 = sangat kurang

2 = kurang konsisten

3 = mulai konsisten

4 = konsisten 

5 = selalu konsisten

Tes Tertulis

1)   Pengertian

Tes tertulis merupakan tes di mana soal dan jawaban yang diberikan kepada peserta didik dalam bentuk tulisan. Dalam menjawab soal peserta didik tidak selalu merespon dalam bentuk menulis jawaban tetapi dapat juga dalam bentuk yang lain seperti memberi tanda, mewarnai, menggambar, dan sebagainya.

2)   Teknik Tes Tertulis

Ada dua bentuk soal tes tertulis, yaitu:

a)   soal dengan memilih jawaban, meliputi: pilihan ganda, benar-salah, dan menjodohkan,

b)     soal dengan mensuplai jawaban, meliputi: isian atau melengkapi, uraian objektif, dan uraian non-objektif.

Dalam menyusun instrumen penilaian tertulis perlu mempertimbangkan hal-hal berikut.

(1)   Materi, misalnya kesesuaian soal dengan kompetensi dasar dan indikator pencapaian pada kurikulum tingkat satuan pendidikan.

(2)    Konstruksi, misalnya rumusan soal atau pertanyaan harus jelas dan tegas

(3)    Bahasa, misalnya rumusan soal tidak menggunakan kata/kalimat yang menimbulkan penafsiran ganda.

(4) Kaidah penulisan, harus berpedoman pada kaidah penulisan soal yang baku dari berbagai bentuk soal penilaian.

Penilaian Proyek

Pengertian:

    • Penilaian proyek adalah kegiatan penilaian terhadap suatu tugas investigasi yang dikerjakan dalam periode tertentu.
    • Tujuannya untuk mengetahui pemahaman, kemampuan penyelidikan, aplikasi, dan informasi yang dikuasai peserta didik.

Aspek Penilaian:

    • Kemampuan pengelolaan: memilih topik, mencari informasi, mengelola waktu, dan menulis laporan.
    • Relevansi: kesesuaian dengan mata pelajaran, tahap pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan.
    • Keaslian: proyek harus merupakan hasil karya peserta didik dengan arahan dan dukungan guru.

Teknik Penilaian:

    • Penilaian dilakukan mulai dari perencanaan, proses pengerjaan, hingga hasil akhir.
    • Aspek yang dinilai:
      • Penyusunan desain
      • Pengumpulan data
      • Analisis data
      • Penyiapan laporan tertulis atau poster 
      • Instrumen penilaian: daftar cek atau skala penilaian.

Berikut disajikan Contoh Teknik Penilaian Proyek (diambil dari lampiran IV Permendikbud No 81A Tahun 2013).

 

Mata Pelajaran                        : ..................................

Nama Proyek                         : ..................................

Alokasi Waktu                        : ..................................

Guru Pembimbing                  : ..................................

Nama                                       : ..................................

Nomor Induk Peserta Didik    : ..................................

Kelas                                       : ..................................

 

No

ASPEK

SKOR (1 5)

1

2

3

4

5

1.

PERENCANAAN:

a.    Persiapan

b.   Rumusan Judul

 

 

 

 

 

2.

PELAKSANAAN:

a.    Sistematika Penulisan

b.   Keakuratan Sumber Data/ Informasi

c.    Kuantitas sumber data

d.   Analisis data

e.    Penarikan kesimpulan

 

 

 

 

 

3.

LAPORAN PROYEK:

a.    Performans

b.   Presentasi/Penguasaan

 

 

 

 

 

 

TOTAL SKOR

 

 

 

 

 

Penilaian Produk

Penilaian produk adalah penilaian terhadap proses pembuatan dan kualitas suatu produk. Penilaian produk meliputi penilaian kemampuan peserta didik membuat produk- produk teknologi dan seni, seperti: makanan, pakaian, meja, kursi, barang-barang yang terbuat dari bahan logam, dari kayu, dari keramik, plastik, hasil karya seni (patung,


lukisan, gambar). Pengembangan produk meliputi tiga tahap dan setiap tahap perlu dilakukan penilaian, yaitu:

1)     Tahap    persiapan,    meliputi:    penilaian    kemampuan    peserta    didik dalam merencanakan, menggali, dan mengembangkan gagasan, dan mendesain produk.

2)     Tahap pembuatan produk (proses), meliputi: penilaian kemampuan peserta didik dalam menyeleksi dan menggunakan bahan, alat, dan teknik.

3)     Tahap penilaian produk (appraisal), meliputi: penilaian produk yang dihasilkan peserta didik sesuai kriteria yang ditetapkan.

 

b.     Teknik Penilaian Produk

Pengertian

Penilaian produk adalah penilaian terhadap proses pembuatan dan kualitas suatu produk. Penilaian produk meliputi penilaian kemampuan peserta didik membuat berbagai produk, seperti makanan, pakaian, meja, kursi, barang-barang yang terbuat dari bahan logam, dari kayu, dari keramik, plastik, dan hasil karya seni (patung, lukisan, gambar).

Tahap Pengembangan Produk dan Penilaiannya

Pengembangan produk meliputi tiga tahap dan setiap tahap perlu dilakukan penilaian, yaitu:

Tahap persiapan:
Penilaian kemampuan peserta didik dalam merencanakan, menggali, dan mengembangkan gagasan, dan mendesain produk.
  1. Tahap pembuatan produk (proses):
    Penilaian kemampuan peserta didik dalam menyeleksi dan menggunakan bahan, alat, dan teknik.

  2. Tahap penilaian produk (appraisal): 
    Penilaian produk yang dihasilkan peserta didik sesuai kriteria yang ditetapkan.

Teknik Penilaian Produk

Penilaian produk biasanya menggunakan cara holistik atau analitik:

Cara holistik:
Penilaian berdasarkan kesan keseluruhan dari produk, biasanya dilakukan pada tahan appraisal.Cara analitik:Penilaian berdasarkan aspek-aspek produk, biasanya dilakukan terhadap semua kriteria yang terdapat pada semua tahap proses pengembangan.

Berikut ini disajikan contoh penilaian produk.

Matapelajaran             : ..................................

Nama Proyek              : ..................................

Alokasi Waktu            : ..................................

Nama Peserta Didik    : ..................................

Kelas                           : ..................................

 

No

Tahapan

Skor ( 1 – 5 )

1.

Tahap Perencanaan Bahan

 

2.

Tahap Proses Pembuatan:

a.      Persiapan alat dan bahan

b.      Teknik Pengolahan

c.      Keselamatan kerja, keamanan dan kebersihan

 

3.

Tahap Akhir (Hasil Produk)

a.      Bentuk fisik

b.      Inovasi

 

Keterangan:

Skor diberikan dengan rentang skor 1 sampai 5, dengan ketentuan semakin lengkap njawaban dan ketepatan proses pembuatan maka semakin tinggi nilainya.

Penilaian Portofolio

Pengertian:

  • Penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada kumpulan informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan peserta didik dalam satu periode tertentu.
  • Informasi tersebut dapat berupa karya peserta didik terbaik dari proses pembelajaran.
  • Digunakan untuk menilai perkembangan individu peserta didik dalam suatu mata pelajaran.

Prinsip Penilaian Portofolio:

  • Karya asli: Karya peserta didik haruslah hasil karyanya sendiri.
  • Saling percaya: Guru dan peserta didik harus saling percaya dan membantu dalam proses pembelajaran.
  • Kerahasiaan: Informasi perkembangan peserta didik harus dirahasiakan.
  • Milik bersama: Portofolio adalah milik bersama guru dan peserta didik.
  • Kepuasan: Hasil kerja portofolio harus mendorong peserta didik untuk meningkatkan diri.
  • Kesesuaian: Hasil kerja harus sesuai dengan kompetensi kurikulum.
  • Penilaian proses dan hasil: Portofolio menilai proses dan hasil belajar.
  • Penilaian dan pembelajaran: Portofolio merupakan bagian dari proses pembelajaran dan bermanfaat untuk diagnostik kelebihan dan kekurangan peserta didik.

Langkah-langkah Penilaian Portofolio:

  1. Jelaskan kepada peserta didik bahwa portofolio bukan hanya untuk penilaian guru, tetapi juga untuk diri mereka sendiri.
  2. Tentukan bersama sampel portofolio yang akan dibuat.
  3. Kumpulkan dan simpan karya peserta didik.
  4. Beri tanggal pada setiap karya.
  5. Tentukan kriteria penilaian dan bobotnya bersama peserta didik.
  6. Minta peserta didik menilai karyanya secara berkelanjutan.
  7. Beri kesempatan peserta didik untuk memperbaiki karya yang nilainya belum memuaskan.

Berikut ini diberikan contoh penilaian portofolio. Sumber Lampiran IV Permendikbud No 81A tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum dan Pedoman Pembelajaran.

Sekolah                        : .........................................................

Matapelajaran              : .........................................................

Durasi Waktu               : .........................................................

Nama Peserta Didik     : .........................................................

Kelas/Smester              : .........................................................

 

No

Kompetensi Dasar/Pencapa ian Indikator

 

Waktu

Kriteria

Keterangan

Berbicara

Tata Bahasa

Kosa Kata

Ucapan

1.

Pengenalan

 

 

 

 

 

 

2,

Penulisan

 

 

 

 

 

 

3.

Ingatan

terhadap                kosa kata

 

 

 

 

 

 

Catatan:

Untuk setiap karya peserta didik dikumpulkan dalam satu file sebagai bukti pekerjaan yang masuk dalam portofolio. Skor yang digunakan dalam penilaian portofolio menggunakan rentang 0 – 10 atau 10 – 100. Kolom keterangan diisi oleh guru untuk menggambarkan karakteristik yang menonjol dari hasil kerja tersebut.


Penilaian Diri

Pengertian:

  • Teknik penilaian di mana peserta didik diminta untuk menilai dirinya sendiri terkait status, proses, dan tingkat pencapaian kompetensi yang dipelajari.
  • Dapat digunakan untuk mengukur kompetensi kognitif, afektif, dan psikomotor.

Manfaat:

  • Membantu peserta didik memahami kekuatan dan kelemahannya.
  • Meningkatkan rasa percaya diri dan kejujuran.
  • Mendorong peserta didik untuk belajar lebih baik.

Langkah-langkah Penilaian Diri:

  1. Tentukan kompetensi atau aspek kemampuan yang akan dinilai.
  2. Tentukan kriteria penilaian yang akan digunakan.
  3. Rumuskan format penilaian (pedoman penskoran, daftar cek, skala penilaian).
  4. Minta peserta didik untuk melakukan penilaian diri.
  5. Guru mengkaji sampel hasil penilaian secara acak.
  6. Sampaikan umpan balik kepada peserta didik.

Tips Melaksanakan Penilaian Diri:

  • Gunakan bahasa yang jelas dan mudah dipahami.
  • Berikan contoh soal yang jelas.
  • Ciptakan suasana yang aman dan nyaman.
  • Berikan kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya.
  • Gunakan hasil penilaian diri untuk membantu peserta didik belajar lebih baik.

Berikut disampaikan Contoh Format Penilaian Konsep Diri Peserta Didik Nama Sekolah     : .......................................................................

Mata Ajar                    : .......................................................................

Nama                          : .......................................................................

Kelas                           : .......................................................................

 

 

NO

 

Pernyataan

Alternatif

Ya

Tidak

1.

Saya berusaha meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa agar

mendapat rindho-Nya dalam belajar

 

 


2.

Saya berusaha belajar dengan sungguh-sungguh

 

 

3.

Saya optimis bisa meraih prestasi

 

 

4.

Saya bekerja keras untuk meraih cita-cita

 

 

5.

Saya berperan aktif dalam kegiatan sosial di

sekolah dan masyarakat

 

 

6.

Saya suka membahas masalah politik, hukum dan pemerintahan

 

 

7.

Saya berusaha mematuhi segala peraturan yang

berlaku

 

 

8.

Saya berusaha membela kebenaran dan keadilan

 

 

9.

Saya     rela     berkorban     demi             kepentingan

masyarakat, bangsa, dan negara.

 

 

10.

Saya berusaha menjadi warga negara yang baik

dan bertanggungjawab

 

 

11.

JUMLAH SKOR

 

 

 

Inventori digunakan untuk menilai konsep diri peserta didik dengan tujuan untuk mengetahui peserta didik dengan tujuan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan diri peserta didik. Rentangan nilai yang digunakan antara 1 dan 2. Jika jawaban YA maka diberi skor 2, dan jika jawabannya TIDAK maka diberi skor 1. Kriteria penilaiannya adalah jika rentang nilai antara 0 – 5 dikategorikan tidak positif; 6 – 10, kurang positif; 11 – 15 positif, dan 16 – 20 sangat positif. (Sumber: Lampiran Permendikbud No 81A Tahun 2013).

Kawasan Hasil Belajar:

  • Kognitif: pengetahuan dan keterampilan intelektual.
  • Afektif: minat, perhatian, sikap, dan nilai-nilai.
  • Psikomotor: keterampilan manipulasi yang melibatkan otot dan kemampuan fisik.

Metode Penilaian:

  • Pengamatan langsung: mengamati tingkah laku peserta didik saat proses belajar berlangsung.
  • Tes: mengukur pengetahuan, keterampilan, dan sikap setelah pembelajaran praktik.
  • Penilaian jangka panjang: menilai kebersihan dan kondisi tempat kerja, alat-alat, dan mesin-mesin setelah digunakan.

Aspek Penilaian Keterampilan Praktik (Leighbody, 1968):

  1. Kualitas pekerjaan: ketelitian, kecepatan, dan hasil pekerjaan.
  2. Keterampilan menggunakan alat dan mesin: efisiensi, ketepatan, dan keselamatan kerja.
  3. Kemampuan menganalisis dan merencanakan pekerjaan.
  4. Kemampuan menggunakan informasi dalam bekerja.
  5. Kemampuan membaca diagram, gambar, simbol, dan buku manual

LEMBAR PENILAIAN PRAKTEK

Program Studi             :........................................

Jenis Praktek               : .......................................

Semester                     : ......................................

Nama Peserta didik     : .......................................

Nim                             : .......................................

 

No

Aspek Yang Dinilai

Nilai

Baik

Cukup

Kurang

3

2

1

1

Langkah Kerja

 

 

 

2

Penggunaan Alat

 

 

 

3

Sikap Kerja

 

 

 

4

Penggunaan Sumber Informasi

 

 

 

5

Kemampuan Menganalisis

Pekerjaan

 

 

 

6

Ketelitian

 

 

 

7

Keselamatan Kerja

 

 

 

8

Kerapihan

 

 

 

9

Kebersihan

 

 

 

10

Ketepatan Waktu

 

 

 

Jumlah

 

 

 

Nilai Akhir :

Total

:

 

27 – 30    = A

Nilai Akhir

:

 

24 - 26  = B

20 - 23    = C

Instruktor

15 - 19    = D

 

10 - 14    = E

 

 

(............................ )


Berikut disajikan Rubrik atau Petunjuk Cara Pemberian Nilai:

 

Aspek yang Dinilai

Nilai

Keterangan

1. Menggunakan Alat

3

Jika menggunakan semua alat dengan benar

2

Jika menggunakan alat hampir semua alat dengan

benar

1

Jika Menggunakan sebagian alat dengan benar

2. Langkah Kerja

3

Jika semua langkah kerja dikerjakan denan

prosedur dan cara yang benar

2

Jika sebagian langkah kerja dikerjakan dengan

prosedur dan cara yang benar

1

Jika sebagian langkah kerja dikerjakan dengan

prosedur dan cara yang kurang benar

3. Sikap Kerja

3

Jika bekerja dengan penuh semangat dan disiplin kerja yang tinggi dan selalu ingin tahu apa yang

sedang dikerjakan

2

Jika bekerja dengan sungguh-sungguh

1

Jika bekerja kurang serius, kelihatan asal bekerja

4. Penggunaan sumber informasi

3

Jika menggunakan Job Sheet, buku-buku manual

dan sumber informasi

2

Jika menggunakan Job Sheet

1

Jika kurang memperhatikan Job Sheet

5. Kemampuan menganalisis pekerjaan

3

Jika dapat menganalisis permasalahan dan dapat

menemukan pemecahannya

2

Jika dapat menganalisis permasalahan tetapi

kurang sempurna pemecahannya

1

Jika tidak dapat menganalisis permasalahan dan

menemukan pemecahannya

6. Ketelitian

3

Jika semua pekerjaan dikerjakan dengan teliti

2

Jika hampir semua pekerjaan dikerjakan dengan

teliti

1

Jika sebagian saja dari langkah-langkah kerja

dikerjakan dengan teliti.

7. Keselamatan kerja

3

Jika semua alat dan mesin digunakan sesuai dengan prosedur dan spesifikasinya

2

Jika sebagian alat dan mesin digunakan sesuai

dengan prosedur dan spesifikasinya

1

Alat dan mesin digunakan digunakan dengan

tidak memperhatikan spesifikasinya

8. Kebersihan

3

Jika semua alat dan mesin serta ruangan setelah

digunakan selalu dibersihkan kembali

2

Jika hampir semua alat dan mesin serta ruangan

setelah digunakan selalu dibersihkan kembali

1

Jika sebagian alat dan mesin setelah selesai

digunakan dibersihkan

9. Kerapihan

3

Jika semua alat, mesin, ruangan setelah digunakan

selalu diatur dengan rapi

2

Hampir semua alat, mesin dan ruang setelah

digunakan diatur kembali dengan rapi

1

Alat, mesin dan ruangan setela selesai digunakan

tidak diatur dengan rapi

10. Ketepatan waktu

3

Jika semua langkah kerja dapat diselesaikan tepat

pada waktunya

2

Jika hampir semua langkah kerja dapat

diselesaikan

1

Sebagian langkah kerja saja yang dapat

diselesaikan.



si

Daeng Pawero, A. M. V. (2018). Analisis Kritis Kebijakan Kurikulum Antara KBK, KTSP, dan K-13. Jurnal Ilmiah Iqra’, 12(1), 42. https://doi.org/10.30984/jii.v12i1.889

Kurniawati,  putri. (2017). Buku metodologi pembelajran kejuruan  Universitas Nusantara PGRI Kediri, 01, 1–7.

Magdalena1 Ina, Chantika2 Deanira, Azarah3 Intan, P. N. D. (2023). Karakteristik Desain Kurikulum Berbasis Kompetensi (Kbk). Cendekia Pendidikan, 1(1), 1–13. https://doi.org/10.9644/scp.v1i1.332

Putu, S. (n.d.). Pembelajaran Kbk. https://eprints.uny.ac.id/660/

Rahdiyanta, D. (2007). Peningkatan Mutu Smk Melalui Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi ( Kbk ). 1–11.

  • https://jurnaldikbud.kemdikbud.go.id/
  • https://journals.ums.ac.id/index.php/blbs/article/download/16491/7245



  • Foto Kegiatan Kuliah Luring Jum'at, 5 Juli 2024 Kampus 2B





    Komentar

    Postingan populer dari blog ini

    Model Pembelajaran Pendidikan Vokasi Masa Depan